JAKARTA, BALIPOST.com – Televisi masih menjadi saluran iklan pilihan pemilik merek dengan porsi belanja 78,2 persen. Urutan kedua adalah channel digital 15,9 persen, media cetak 5,5 persen, dan radio 0.4 persen, demikian laporan tahunan perusahaan riset Nielsen, dikutip dari Kantor Berita Antara, Senin (13/3).
Pada tahun 2021, belanja iklan di Indonesia mencapai Rp 259 triliun, naik 13 persen dibanding tahun 2020, dengan media saluran iklan pilihan utama adalah televisi, diikuti saluran (channel) digital di nomor dua. “Televisi masih menjadi saluran iklan utama karena sifatnya yang dapat menjangkau audiens lebih banyak dalam waktu bersamaan. Sementara itu, kemudahan kustomisasi channel digital membuat belanja iklannya juga turut beranjak naik,” kata Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina.
Peningkatan ini, menurut Hellen, menandakan bahwa kepercayaan untuk beriklan di tengah pandemi masih tinggi. Sepanjang 2021, Nielsen bahkan menemukan pertumbuhan positif pada 9 dari 10 kategori yaitu online services, facial care, hair care, coffee and tea, snacks, clove cigarettes, seasonal condiments, liquid milk, dan instant food and noodles.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kategori online services dengan belanja iklan Rp42,8 triliun atau naik 67 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, iklan pada kategori government dan political organization mencatatkan penurunan sebesar 4 persen karena belum dimulainya periode pesta politik.
Nielsen memperlebar tipe dan jumlah media digital yang dimonitor di layanan Nielsen Digital Ad Intel. Sejak Januari 2022 Nielsen mulai memonitor biaya iklan di media sosial yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram.
Nielsen Digital Ad Intel merupakan layanan pengukuran belanja iklan yang sebelumnya telah membantu marketer memantau belanja iklan di Top 200 situs di Indonesia. Termasuk di dalamnya 27 channel Youtube dengan trafik yang tinggi.
Nielsen juga menemukan hasil yang menarik antara belanja iklan di channel media sosial dan bukan media sosial. Kategori online service dan telco adalah kategori yang memiliki belanja iklan paling besar dikeduanya.
Tetapi, beberapa kategori lain memiliki strategi belanja iklan yang berbeda. Pada channel media sosial, kategori financial institution, banking, e-channel, retailers, dan software companies tercatat mengeluarkan angka belanja iklan yang lebih besar.
Sedangkan pada kategori facial care, beverages (carbonated, liquid milk, dan health drink) dan rokok mencatatkan belanja iklan yang lebih besar di tipe bukan media sosial. (kmb/balipost)