DENPASAR, BALIPOST.com – Setelah melakukan uji coba akhir tahun 2021, kini operasional kereta kuda (andong) dihentikan sementara. Pengoperasiannya kembali dilakukan setelah liburan sekolah.
Mengoptimalkan operasional kereta kuda ini, pihak Dinas Perhubungan juga akan mengkolaborasikan dengan dokar yang dikelola Dinas Pariwisata. Kepala Unit Pelayanan Teknis Transportasi Darat Dishub Kota Denpasar, I Dewa Ketut Adi Pradnyana, yang dihubungi, Rabu (16/3) mengatakan, pihaknya sebelumnya telah melakukan uji coba kereta kuda ini pada akhir tahun 2021 lalu.
Saat uji coba tersebut, warga sangat antusias untuk menggunakan jasa kereta kuda ini. Namun, dikarenakan adanya keterbatasan anggaran, baru bisa dioperasikan pada pertengahan tahun. “Untuk rutenya sama dengan dokar yang sudah berjalan. Ada dua rute karena kami integrasikan dengan dokar,” kata Dewa Adi.
Untuk rute pertama yakni dari Terminal Tegal, Jalan Imam Bonjol menuju ke Jalan Thamrin hingga ke Jero Kuta lalu menuju ke Pasar Badung. Selanjutnya rute kedua yakni dari Pasar Badung menuju ke patung Catur Muka, menuju ke Jalan Kapten Agung lalu menuju ke Terminal Tegal. “Prinsipnya sama dengan dokar, cuma dia lebih lebar dan penumpangnya bisa lebih banyak. Kalau di luar, biasanya bernama andong,” katanya.
Dewa Adi mengatakan, kereta kuda ini dimaksudkan untuk melengkapi moda transportasi yang ada saat ini. Selain itu, juga sebagai fasilitas penunjang objek wisata di Denpasar.
Sebelumnya, sejumlah anggota DPRD Denpasar, seperti Wakil Ketua Wayan Mariyana Wandira, Ketua Komisi III Eko Supriadi, anggota A.A. Susruta Ngurah Putra mengatakan, sejumlah program yang dirancang Dishub tahun ini cukup baik. Hanya, beberapa program perlu ditinjau ulang, karena bukan menjadi budaya Bali.
Susruta Ngurah Putra menilai apa yang menjadi rencana untuk pengembangan transportasi darat tradisional, yakni Andong diminta untuk tidak dikembangkan. Karena selama ini Pemerintah Kota Denpasar maupun Pemprov Bali sangat gencar untuk menjaga dan melestarikan budaya Bali. “Namun, kenapa kita mendatangkan budaya luar. Padahal, kita punya moda transportasi darat lokal, yakni Dokar,” ujar Susruta.
Hal yang sama juga diungkapkan Wandira dan Eko Surpiadi. Politisi Golkar dan PDI-P ini berharap program Andong ini tidak dikembangkan lagi. Cukup yang sudah ada saja. Bila ingin mengembangkan transportasi lokal, harusnya tetap menggunakan Dokar. (Asmara Putera/balipost)