Sejumlah pedagang di pasar tradisional duduk menunggu pembeli. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali saat ini dikuasai oleh lima distributor dalam hal penyediaan bahan pangan yang hampir semuanya merupakan usaha swasta. Untuk mengendalikan ketersediaan pangan terutama dari harga, Bali membutuhkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang khusus bergerak di sektor distributor pangan.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua TPID Bali
Trisno Nugroho, Kamis (17/3) di Denpasar. Menurutnya hingga saat ini Bali belum memiliki lembaga yang mengawasi, mengatur dan
mengintervensi kebutuhan dan pasokan pangan.

Pangan yang menjadi kebutuhan krusial masyarakat bergantung pada mekanisme pasar atau business to business (BtoB). Trisno Nugroho mengatakan, ada lima distributor besar di Bali yang mendistribusikan bahan pangan di Bali. Maka dari itu dalam setiap rapat TPID, Trisno selalu menyampaikan agar Bali memiliki instrumen pangan, misalnya BUMD pangan. “Di
Bali mungkin sedang dirintis sedang menuju ke sana,”
ujarnya.

Baca juga:  Satpol PP Akhirnya Segel Dua toko modern Tanpa Ijin

Menurutnya, Bali perlu bersama-sama membangun
BUMD Pangan untuk memantau distribusi pangan,
intervensi pasar, operasi pasar, dll. Menurutnya dominasi pasar BUMD Pangan ini nantinya tidak perlu besar, cukup 10% – 15% agar mudah intervensi, dan sebagai referensi harga di pasar.

Dikatakan ada lima distributor besar yang menguasai pasar Bali, di antaranya Crystal, GIEB, dan Sumber Pangan. “Kita dikuasai lima distributor besar yang
menguasai bahan pangan, yaitu Sumber Pangan,
Sari Limo, Crystal, Tuin, GIEB Indonesia. Tapi dominasi mereka di pasar belum ada info. Dari lima distributor itu, 1 merupakan anak perusahaan BUMN Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI) yaitu PT GIEB,” ujarnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Dorong Bupati/Wali Kota Bentuk BUMD Pangan

Peran lima distributor tersebut cukup besar dan
menurutnya tahun 2022 perannya semakin krusial. Dinas yang ada di Bali perlu kolaborasi dengan 5 distributor besar itu untuk operasi pasar. “Tapi ini bisnis sehingga kita paham mereka ada hitung-hitungannya, kita perlu ingatkan saja bahwa yang dirugikan masyarakat kalau harga naik,” ujarnya.

Terpisah, Direktur GIEB Indonesia (Member of
ID FOOD) Salim, Kamis (17/3) mengatakan,
GIEB merupakan anak perusahaan BUMN
RNI Holding Pangan bergerak pada distribusi dan trading customer goods seperti gula, beras, kacang-kacangan, bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. “Kami melayani lebih dari 5.000 customer seluruh Bali,” ujar Salim.

Baca juga:  Bali Harus Memiliki BUMD Pangan

Namun ia tidak mengetahui pasti market share GIEB di Bali karena banyak produk yang didistribusikan tidak hanya bahan pangan pokok tapi juga sabun, sampo, snack, kacang, korek api, dan lainnya. Distribusi tersebut dilakukan di seluruh Bali melalui 5 cabang, yaitu Denpasar yang melayani Denpasar dan Badung, cabang Tabanan, cabang Singaraja, Gianyar juga melayani Bangli, cabang Klungkung juga melayani Karangasem.

Mereka mendistribusikan ke toko-toko ritel (ritel tradisional) dan ritel modern namun hanya beberapa produk. Sejauh ini dikatakan tidak ada stok yang menipis, kecuali gula. “Kalau terjadi kelangkaan atau
kenaikan harga, kami siap bersama pemerintah melakukan operasi pasar murah,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN