Made Agus Sugianto. (BP/Istimewa)

Oleh Made Agus Sugianto

Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 telah berdampak kepada ekonomi dan perubahan pola layanan kesehatan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, masyarakat dituntut untuk melakukan adaptasi kehidupan baru, yaitu kehidupan dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan melakukan adaptasi untuk dapat hidup berdampingan dengan COVID-19.

Adaptasi kehidupan baru merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar karena masyarakat harus beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan tetap menjaga kondisi masyarakat yang sehat, segar dan produktif. Pada bidang kesehatan, pendemi COVID-19 berdampak pada essential health services (layanan puskesmas), yang mana upaya kesehatan masyarakat di puskesmas mengalami penurunan akibat berkurangnya aktivitas posyandu dan kunjungan pasien ke puskesmas.

Terkait dengan stunting, di masa pandemi penanggulangan stunting difokuskan pada pemberian
dukungan pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

Baca juga:  BPJS di Tengah Gugatan dan Penghargaan

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia Tahun 2021 menunjukkan angka stunting di Indonesia sebesar 24,4%, angka ini masih di atas target pemerintah yaitu sebesar 14%. Sementara angka stunting di Provinsi Bali sudah sesuai target yaitu sebesar 10,9%.

Strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah stunting adalah dengan meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat serta penguatan tata
kelola layanan kesehatan. Khusus di masa pandemi, kegiatan penanggulangan stunting meliputi;
promosi kesehatan, pemantauan pertumbuhan,
suplemen gizi mikro, konseling dan pemberian
makan bayi/anak serta distribusi biskuit beren￾ergi tinggi.

Kegiatan ini bersinergi dengan upaya peningkatan kesadaran ibu balita, ibu hamil dan menyusui, remaja dan wanita usia reproduksi tentang pentingnya mencari dan mendapatkan layanan nutrisi. Pada sisi lain, diperlukan keterlibatan kalangan akademisi, pengusaha serta sektor terkait dalam mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang serta ber-gaya hidup sehat agar masyarakat memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.

Baca juga:  Bali: Budaya dan Pendidikan adalah Satu

Mengatasi masalah stunting di masa pandemi memang bukan perkara mudah. Tantangan yang dihadapi oleh petugas kesehatan adalah bagaimana caranya melakukan pemantauan tumbuh kembang balita di tengah pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM)?

Salah solusi terkait tantangan ini adalah dengan melakukan penimbangan balita secara mandiri, lalu melalui Android dilaporkan ke kader untuk diteruskan ke puskesmas lewat elektronik Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Tantangan lainnya adalah bagaimana
memantau kecukupan gizi balita dan ibu hamil.

Tantangan ini bisa diatasi dengan cara pembuatan
aplikasi catatan harian asupan gizi balita dan ibu
hamil untuk mempermudah pemantauan kecukupan gizi balita dan ibu hamil. Bagaimana dengan pelaksanaan posyandu di masa PPKM?

Mengacu pada buku Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi Covid-19 bagi Tenaga Kesehatan tahun 2020, dijelaskan bahwa pelayanan posyandu di masa pandemi mengikuti kebijakan daerah penyebaran Covid-19 di desa dengan memprioritaskan kegiatan mandiri serta tetap menjaga protokol kesehatan berupa menghindari kerumunan. Pada hari buka posyandu, hanya petugas dan pengunjung sehat yang boleh datang ke posyandu. Lebih diutamakam konsultasi jarak jauh, dan bila memungkinkan, kader posyandu yang mengunjungi rumah balita.

Baca juga:  Meninjau Kebijakan Lingkungan

Menyangkut imunisasi, layanan imunisasi
dilaksanakan di posyandu, puskesmas atau
puskesmas keliling sesuai jadwal yang ditetapkan
dengan menerapkan protokol kesehatan. Bila
imunisasi tertunda karena alasan tertentu, ibu
balita harus menyimpan dengan baik buku KIA
yang berisi catatan imunisasi.

Layanan imunisasi dilakukan sesegara mungkin setelah dinyatakan aman untuk melaksanakan imunisasi. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan melakukan layanan kunjungan rumah.

Layanan ini diprioritaskan kepada kelompok ibu hamil dan balita berisiko. Kegiatan ini merupakan tindak lanjutintervensi, konseling, edukasi dan pemantauan
pertumbuhan dan kesehatan balita.

Petugas menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Konseling dilakukan di ruang terbuka/cukup ventilasi
dalam waktu maksimal 15 menit. Konseling juga
bisa dilakukan melalui telepon/aplikasi chat.

Penulis, Analis Kebijakan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung

BAGIKAN