Tangkapan layar dari video yang ditayangan oleh stasiun TV milik pemerintah China, China Central Television (CCTV) memperlihatkan tim penyelamat melakukan pencarian di lokasi kecelakaan pesawat di Desa Tengxian, Kota Wuzhou, China. (BP/AFP)

BEIJING, BALIPOST.com – Tragedi kecelakaan pesawat China Eastern Airline mengakhiri rekor penerbangan aman China. Pada 19 Februari 2022, badan penerbangan sipil China merilis data keselamatan penerbangan berkelanjutan telah melampaui angka 100 juta jam.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, rekor penerbangan aman di China berakhir di angka 4.227 hari setelah pesawat penumpang domestik itu jatuh di atas perbukitan Daerah Otonomi Guangxi pada Senin (21/3) sore. Sebanyak 132 penumpang dan kru yang berada di dalam pesawat jenis Boeing 737-800 diyakini tewas, sebagaimana laporan media massa China yang dihimpun Selasa (22/3).

Baca juga:  Omicron Terdeteksi, Tianjin Perketat Pembatasan Perjalanan

Data penerbangan menunjukkan pesawat nomor penerbangan MU-5735 dari Kunming tujuan Guangzhou itu hilang dari pantauan radar, dua menit setelah ketinggian pesawat tiba-tiba turun dari level 8.869 meter.

Beberapa rekaman video, yang belum dipastikan kebenarannya, menunjukkan posisi pesawat dalam keadaan vertikal saat jatuh menghantam perbukitan di Kabupaten Tengxian, yang secara administratif berada di bawah Pemerintah Kota Wuzhou, Guangxi di wilayah selatan China.

Baca juga:  Warga Gitgit Keluhkan Perkebunan Tertimbun Material Galian Proyek Shortcut

Peristiwa tersebut merupakan tragedi penerbangan terburuk di China yang pertama kali sejak jatuhnya pesawat di Yichun, Provinsi Heilongjiang di wilayah timur laut China pada 2010 yang menewaskan 44 orang.

Upaya pencarian korban di perbukitan terpencil Guangxi masih terus dilakukan. Bala bantuan juga dikerahkan dari Guangdong, provinsi yang bersebelahan wilayah dengan Guangxi.

Pihak maskapai membuka jalur komunikasi darurat untuk membantu keluarga korban. Keluarga para korban berdatangan ke kantor perwakilan China Eastern Airlines di Kunming, Provinsi Yunnan, seperti diberitakan media penyiaran resmi China. (kmb/balipost)

Baca juga:  Soal Lab di Wuhan, Tiongkok Sebut Pompeo Tak Punya Bukti
BAGIKAN