MANGUPURA, BALIPOST.com – Penerbangan maupun kedatangan penumpang internasional terus mengalami peningkatan. Data dari Bandara Ngurah Rai, pada periode 1-21 Maret 2022, Bandara Ngurah Rai telah melayani sebanyak 13.275 penumpang.
Dari total jumlah itu, sebanyak 8.950 penumpang kedatangan dan 4.325 penumpang yang berangkat. Adapun jumlah pesawat udara yang terlayani sebanyak 138 pergerakan.
Namun, hingga saat ini kawasan Kuta ternyata masih sepi kunjungan Wisman. Beberapa warga negara asing memang nampak berlalu-lalang di Kuta, namun jumlah mereka masih sangat minim jika dibandingkan sebelum pandemi. “Banyak yang bilang kunjungan wisatawan internasional sudah menggeliat ke Bali. Bagi saya, ini menggeliat dari konteks apanya? Sampai saat ini belum ada kita nikmati kedatangan wisatawan ke Kuta. Sampai saat ini di Kuta belum merasakan dampak tamu bule, masih dihiasi wisatawan domestik,” ungkap Ketua LPM Kuta Putu Adnyana.
Ia tidak memungkiri bahwa beberapa kali memang ada wisman yang tampak berseliweran di Kuta. Namun jumlah itu dirasa tidaklah signifikan.
Terlebih sangat sulit untuk bisa memastikan apakah mereka itu merupakan wisatawan yang baru datang, atau sudah lama tinggal di Bali. Minimnya kunjungan wisman ke Kuta dapat dilihat dari tingkat hunian hotel di Kuta yang diketahui masih relatif kecil. Hunian itu juga banyak didongkrak oleh wisatawan domestik.
Selama ini Bali memang dikenal sebagai rumah kedua dari wisatawan Australia. Sehingga tidak heran jika jumlah wisatawan asing yang datang saat ini memang didominasi warga negara negeri Kangguru tersebut.
Namun hal itu tidak serta merta membuat Kuta kembali dibanjiri oleh wisatawan asal negara tersebut. Hal itu diperkirakan karena faktor perkembangan destinasi wisata, sehingga mereka tersebar di wilayah Bali untuk menikmati kondisi alam. “Bule Australia kecenderungan memang suka surfing. Karena saat ini banyak spot surfing, mungkin mereka bergeser ke sana. Apalagi kondisi Pantai Kuta saat ini dilanda abrasi. Semoga Kuta benar bisa segera ditata, sehingga akan kembali menarik kunjungan wisatawan,” harapnya.
Masih sepinya kunjungan wisman ke Kuta diakuinya juga berpengaruh pada tingkat perekonomian masyarakat Kuta. Saat ini, hanya sekitar 30 persen usaha di sektor pariwisata yang telah beroperasi kembali.
Sisanya mereka kebanyakan masih melihat peluang, sehingga terkadang usaha itu hanya buka tiga kali dalam seminggu. Kondisi itu secara tidak langsung juga berdampak pada sektor parkir yang dikelola LPM Kuta bekerja sama dengan Dishub Badung. “Kalau sebelum pandemi, pemasukan parkir di Kuta itu sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta per bulan yang kita setorkan ke pemda. Saat pandemi, maksimal hanya Rp 6 juta sampai Rp 7 juta yang kita peroleh dan setorkan. Saat ini memang mulai naik, tapi hanya sedikit. Itu sekitar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per bulan,” pungkasnya.
Ia menerangkan, bahwa parkir juga tergantung dari faktor cuaca. (Yudi Karnaedi/balipost)