Siswa saat belajar di kantin yang dipakai ruang kelas. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – SD 2 Apuan kekurangan ruang kelas. Kondisi itu membuat sekolah tersebut terpaksa memanfaatkan kantin sekolah sebagai ruang kelas saat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas 50 persen beberapa waktu lalu.

Sebagaimana yang diungkapkan Kepala SD 2 Apuan Ni Wayan Loyi, sekolahnya hanya memiliki enam ruangan. Lima diantaranya dipakai ruang belajar. Satu ruangan digunakan untuk ruang guru dan kepala sekolah.

Karena keterbatasan ruangan, saat pelaksanaan PTM terbatas 50 persen beberapa waktu lalu pihaknya terpaksa memanfaatkan kantin sekolah sebagai tempat belajar. Siswa yang sempat belajar di kelas darurat itu yakni siswa kelas II sebanyak 21 orang. “Karena PTM-nya pakai shift 1,2 terpaksa kantinnya kami serung dengan bedeg. Sebab kalau kami pakai satu ruangan digilir kelas I dan II nya, nanti kasian kelas II nya belajar sampai jam 2. Itu pertimbangannya,” ungkapnnya, Jumat (8/4).

Baca juga:  Belasan Kendaraan Akan Mudik Diminta Putar Balik

Namun sejak diberlakukan PTM 100 persen, pihaknya tidak lagi memanfaatkan kantin itu sebagai ruang belajar. Siswanya yang duduk di kelas II belajar di kelas setelah kegiatan belajar siswa kelas I berakhir.

Selain kekurangan ruang kelas, SD 2 Apuan saat ini juga belum punya ruang perpustakaan. Loyi mengaku pihaknya sempat ditanyai pihak Disdikpora terkait ruang perpustakaan.

Pihaknya mengaku belum punya ruang perpustakaan. Di sisi lain sekolahnya juga tidak punya lahan kosong yang bisa dibanguni ruang perpustakaan. “Kalau dibangun naik (bertingkat ) baru bisa,”ujarnya.

Baca juga:  KPU Denpasar Kekurangan 1.545 Kotak dan Bilik Suara

Selama ini pihaknya memanfaatkan emper sebagai perpustakaan sekaligus gudang. “Setengah kami pakai untk perpustakaan, setengah lagi kami pakai gudang. Jadi kayak gudang perpusnya. Kecil sekali,” kata Loyi.

Pihaknya pun berharap Pemerintah dapat memberikan bantuan ruangan kelas dan perpustakaan untuk sekolahnya. Sehingga tiap rombel punya ruang belajar masing-masing. “Harapan bisa dibangun bertingkat sehingga semua anak bisa masuk pagi,” harapnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Klungkung Alami Kekurangan Guru hingga Ratusan Orang
BAGIKAN