DENPASAR, BALIPOST.com – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga saat ini masih mengalami kendala dalam manajemen finansial. Di sisi lain, layanan finansial juga tidak mudah diakses. Demikian diungkapkan salah satu pengembang aplikasi layanan finansial, Benecdito Haryono, Selasa (12/4).
Benecdito mengatakan kendala ini yang membuat UMKM sulit naik kelas. Memahami kendala ini, ia pun berupaya mengembangkan aplikasi digital, Koinworks Neo, untuk membantu pelaku UMKM dan pebisnis berkembang.
Menurut CEO-Co Founder Koinworks Neo ini, pemberdayaan UMKM bisa dilakukan lewat layanan finansial yang tailor made. Dalam artian, pelaku UMKM bisa memperoleh layanan finansial digital yang sesuai dengan kebutuhannya. “Sehingga mereka bisa saving (menghemat) waktu dan mendapatkan keuntungan yang lebih,” ujarnya dalam talkshow yang disaksikan virtual lewat zoom.
Ditambahkan Chief Product Officer Koinworks Neo, Aditya Chintawar, selama ini UMKM mengalami tantangan rendahnya kemampuan pencatatan finansial. Mereka cenderung mencatat transaksi harian secara manual sehingga memerlukan waktu hingga 2 jam sehari. “Diperlukan solusi finansial yang terintegrasi sehingga waktu dan dana yang dialokasikan UMKM bisa dialihkan ke hal-hal yang produktif untuk membantu usahanya berkembang,” paparnya.
Salah satu pelaku UMKM yang juga aktor nasional, Christian Sugiono, mengatakan agar sukses pelaku usaha harus punya produk yang bisa dijual. “Tapi finansial juga merupakan hal yang penting. Bukan harus ada uangnya, tapi bagaimana ketika melakukan pencatatan harus rapi,” ujarnya.
Sebab, jika finansial tidak rapi akan sulit untuk merencanakan pengembangan usaha ke depannya. Ia berpendapat finansial itu seperti peta navigasi bagi sebuah usaha. “Koinworks Neo bisa sangat membantu karena gak murah juga menyewa admin untuk mengurus finansial. Jadi dengan adanya aplikasi ini, bisa untuk mengatur berbagai macam payment dan report-nya. Ini bagus untuk UMKM yang awal, sehingga tidak spending ke hal-hal yang masih bisa dilakukan aplikasi ini,” ujarnya.
Ia pun memberikan tips bahwa pola pikir pelaku usaha agar naik kelas harus adaptif dan berkeinginan untuk berkembang. Pandemi disebutnya membuat pelaku usaha terdampak, namun di saat yang sama ternyata banyak kesempatan yang bisa digarap. “Mindset yang harus dimiliki pelaku usaha adalah adaptif dan growth,” kata Christian.
Christian mengungkapkan bahwa sejumlah usahanya terkena dampak pandemi COVID-19. Tetapi dengan adanya pandemi ini, ia pun mencoba diversifikasi usahanya mengikuti kebutuhan saat wabah COVID-19 melanda. “Bahwa blessing in disguise, apapun yang terjadi bisa dicari solusinya lah,” sebut pria yang akrab disapa Tian ini.
Freelancer, Andre Hehe mengatakan aplikasi finansial digital akan memudahkan pengaturan dan pencatatan sehingga bisa fokus dalam bekerja. Sebagai freelancer dan seniman, ia mengaku cukup kesulitan jika harus melakukan pencatatan keuangan dan transaksi secara manual. “Jadi kita gak perlu mikir hal teknis karena semuanya sudah dibantu dengan aplikasi,” sebutnya. (Diah Dewi/balipost)