DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali perlahan menunjukkan perbaikan. Ditunjukkan dengan survei peningkatan penjualan eceran sebesar 0,8 persen secara bulanan dan 2,4 persen secara tahunan. Permintaan sejumlah bahan pangan di Bali diprediksi naik hingga 25 persen menjelang Idulfitri.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, I Wayan Jarta, Selasa (12/4) menyampaikan bahwa sampai saat ini stok cukup untuk kebutuhan jelang Idul Fitri nanti bahkan jika terjadi peningkatan konsumsi stok pun dinilai mencukupi. “Dalam menjaga inflasi dan fluktuasi harga ketersediaan, Sekda sudah merapatkan kami untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. Pemerintah ingin masyarakat dalam menghadapi hari raya dalam keadaan tenang, stok ada dan harga terjangkau,” ujarnya.
Beberapa komoditas bahan pangan hanya bisa diintervensi pemerintah pusat seperti minyak goreng dan gula pasir karena pabrik tidak ada di Bali, namun pemerintah daerah bersama TPID di daerah hanya bisa melakukan intervensi di tingkat distribusi, memastikan agar stok dan harganya dapat terjangkau masyarakat.
Stok gula pasir periode April 2022 yaitu 3.177 ton dengan prediksi kebutuhan per bulannya 2.041 ton, maka ketersediaan gula pasir diasumsikan cukup untuk 1,6 bulan ke depan. Stok minyak goreng 4.143 ton dengan prediksi kebutuhan 3.458 ton, stok daging sapi 333 ton dengan prediksi kebutuhan 248 ton.
Stok daging ayam ras 19.997 ton dengan kebutuhan 3.872 ton, stok telur ayam ras 5.128 ton dengan kebutuhan 2.749 ton, stok bawang merah 3.313 ton dengan kebutuhan 1.570 ton, stok bawang putih 1.336 ton dengan kebutuhan 1.081 ton, stok cabai besar 853 ton dengan kebutuhan 478 ton, stok cabai kecil 2.681 ton dengan kebutuhan 933 ton.
Sementara di beberapa daerah terjadi kelangkaan minyak goreng seperti di Badung khususnya minyak goreng curah. Hal ini terjadi karena agen minyak goreng curah belum bisa menyuplai minyak goreng, karena minyak goreng curah tidak datang dari distributor.
“Stok minyak goreng kemasan cukup, minyak goreng curah juga cukup, karena baru dapat supply dari pabrik lewat Benoa sebanyak 3.000 ton minggu ini. Jadi sangat cukup namun dalam proses distribusinya perlu pemantauan,” tegasnya.
Berdasarkan data BPS, produksi beras pada 2021 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 349.038 ton, mengalami kenaikan sebanyak 48.919 ton atau 16,30 persen dibandingkan produksi beras di 2020 yang sebesar 300.119 ton. Sementara total potensi produksi padi pada subround Januari-April 2022 diperkirakan mencapai 280.950 ton GKG atau mengalami kenaikan sebanyak 70.589 ton GKG (33,56 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 210.3616 ton GKG. Dengan demikian, stok beras tidak cukup untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Bali apalagi kondisi Bali masih minim wisatawan.
Dalam rangka pemantauan ini, ia telah menugaskan tim memantau harga dan ketersediaan di pasar. Sampai hari ini pantauan di pasar dikatakan masih menunjukkan harga stabil dan ketersediaan cukup. Ia pun sudah merencanakan mulai tanggal 18 April melakukan pemantauan langsung ke pasar–pasar selain memantau laporan rutin tim. Di beberapa desa juga akan melakukan pasar murah dengan menggandeng distributor dan Pertamina.
Direktur GIEB Indonesia (Member of ID Food), Salim, sebagai salah satu distributor besar BUMN di Bali yang menyupply untuk 5.000-an pelanggan telah mengantisipasi peningkatan konsumsi di Bali dengan menyediakan stok yang cukup. Hal itu pun telah dikalkulasi sebelumnya.
Ia memprediksi peningkatan tertinggi mencapai 25 persen. “Tidak berani kita berlebihan karena melihat perputaran bisnis, tapi semua permintaan tercover, tidak akan sampai kosong,” ujarnya.
Pada komoditas minyak goreng, beras dan gula pasir menjadi perhatian PT GIEB karena kebutuhan yang kerap dicari masyarakat. Namun untuk beras dikatakan ketersediaannya sangat mencukupi dan dapat dipenuhi dari produksi di Bali.
Sementara gula pasir, harganya sedikit melonjak namun dalam batas wajar karena terjadi peningkatan permintaan sekitar 5 persen sampai 10 persen. Selain itu minyak goreng juga mengalami peningkatan permintaan 15 persen sampai 20 persen. “Dari bulan puasa kita sudah proyeksi kebutuhannya karena terkait dengan transportasi yang akan digunakan, jangka waktu dari Jawa ke Bali, tutupnya kapan, H min berapa pengiriman sudah dibatasi, persediaan stok pangannya sudah kita prediksi,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)