BEIJING, BALIPOST.com – Kementerian Kepabeanan China (GACC) hingga 14 April 2022 memberikan persetujuan terhadap sebayak 2.278 perusahaan asal Indonesia telah masuk dalam daftar perusahaan asing. “Sebagaimana telah diprediksi bahwa penerapan GACC Decree 248 memberikan dampak signifikan kepada kita,” kata Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira Anggraini saat dimintai tanggapannya tentang data tersebut.
Menurut data GACC yang diterima di Beijing pada Minggu, jumlah perusahaan Indonesia yang terdaftar di China merupakan yang terbanyak di antara negara-negara anggota ASEAN. Jumlah perusahaan Indonesia melebihi perusahaan Vietnam (2.008), Thailand (1.631), Myanmar (1.052), dan Malaysia (1.021).
Dalam ketentuan yang diberlakukan otoritas China pada 2021, yang dikenal dengan GACC Decree 248, setiap perusahaan asing wajib melakukan pendaftaran sarana produksi, produsen, dan sarana penyimpanan produk yang hendak diekspor ke China.
Setelah mendapatkan persetujuan dari GACC, produk asing tersebut akan mendapatkan label ekspor. “Masa berlaku registrasi ini selama lima tahun,” kata Marina menambahkan.
Pada 2021, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 63,63 miliar dolar AS (Rp914,16 triliun) atau tumbuh 70,02 persen dari pencapaian 2020, sementara nilai impor Indonesia dari China hanya 60,71 miliar dolar AS atau naik 47,87 persen.
Dengan demikian, Indonesia mengalami surplus perdagangan senilai 2,92 miliar dolar AS (Rp41,95 triliun) pada tahun itu, menurut data GACC pada awal Februari lalu. Nilai perdagangan bilateral Indonesia-China pada periode yang sama mencapai 124,34 miliar dolar AS (Rp1,79 kuadriliun) atau meningkat 58,43 persen.
Beberapa produk unggulan Indonesia yang mengalami peningkatan nilai ekspor ke China hingga di atas 100 persen adalah bahan bakar mineral, produk turunan nikel, produk industri penggilingan, produk keramik, logam mulia, olahan dari sayuran, mutiara alam, mutiara budidaya, dan olahan daging ikan.
Ekspor dari industri makanan, kopi, teh, dan rempah-rempah ke China nilainya naik di atas 60 persen. Di antara negara-negara ASEAN yang menjadi mitra dagang China, Indonesia menempati peringkat ketiga. Pada 2019 dan 2020, Indonesia menempati peringkat kelima dan keempat. (Kmb/Balipost)