DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam menghadapi Lebaran tahun ini, pemerintah melakukan sejumlah pelonggaran aktivitas. Kebijakan ini, dikatakan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, Senin (18/4), sudah berdasarkan sejumlah kajian.
Salah satu yang dijadikan dasar adalah Sero Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Dalam keterangan pers virtual disaksikan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Budi mengatakan Sero Survei II dilakukan pada Maret 2022, menjelang Lebaran tahun ini.
“Sebelum Lebaran, dilakukan kembali Sero Survei yang kedua agar kebijakan pemerintah dalam menghadapi Lebaran ada basis risetnya,” katanya.
Dipaparkan, hasil riset menyebutkan kadar antibodi masyarakat Indonesia mencapai 99,2 persen. Artinya 99,2 persen dari populasi Indonesia sudah memiliki antibodi. “Bisa itu berasal dari vaksinasi maupun juga dari infeksi,” paparnya.
Sebelumnya, Sero Survei dilakukan pada Desember 2021. Saat itu, hasilnya sebanyak 88,6 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi, baik itu berasal dari vaksinasi maupun infeksi.
Menkes juga mengatakan kadar antibodi menunjukkan peningkatan. Di Desember saat disurvei, ordenya masih di angka ratusan, titer antibodinya sekitar 500-600. Di Maret ini, angkanya sudah ribuan, sekitar 7.000-8.000. “Ini menunjukkan bukan hanya banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi tapi kadar antibodinya tinggi. Sehingga kalau nanti diserang virus, daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya dan mengurangi sekali risiko masuk rumah sakit,” urainya.
Hasil Sero Survei ini, lanjut Menkes, menyebabkan pemerintah percaya bahwa mudik kali ini bisa berjalan lancar tanpa membawa dampak negatif ke masyarakat. Tapi, ada catatan yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas terkait evaluasi PPKM. “Catatan dari Bapak Presiden, sangat baik kalau kita tetap hati-hati dan waspada. Kenapa? Karena banyak yang belum kita ketahui dari virus ini,” sebut Menkes.
Terlebih, lanjutnya, beberapa negara tetangga, seperti China dan Korea Selatan, kasusnya masih naik tinggi. Kalau di Indonesia, kasus harian sudah ratusan, di Korsel jumlahnya masih ratusan ribu orang. “Jadi tetap, harus hati-hati dan waspada. Jangan sombong dan jumawa,” tegasnya.
Pergerakan bisa dilakukan dengan normal. Terpenting adalah menggunakan masker. Ia menilai saat ini, masker sudah menjadi gaya hidup. “Kita jaga terus disiplin memakai masker. Tidak usah terlalu terburu-buru mengikuti negara-negara lain yang terlampau agresif, tapi kemudian naik lagi (kasus COVID-19, red). Karena sayang, momentum perbaikannya sudah kita capai dan ini akan sangat mendorong momentum perbaikan ekonomi ke depannya,” sarannya. (Diah Dewi/balipost)