Suasana ngaben, memukur dan metatah kolektif yang digelar Desa Adat Sumbersari. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Sumbersari di Kecamatan Melaya tahun ini menyelenggarakan ngaben dan metatah kolektif gratis bagi krama. Kegiatan ini sangat membantu krama terlebih pasca Pandemi COVID-19 dan memasuki masa pemulihan perekonomian.

Bendesa Adat Sumbersari, I Ketut Subanda, mengatakan program ngaben dan metatah kolektif gratis ini disambut antusias krama. Dengan adanya bantuan dari Pemkab Jembrana, berupa dana Rp 275 juta, mampu mengcover seluruh prosesi kegiatan ngaben, memukur, metatah dan mepetik yang diikuti ratusan krama. Hingga prosesi meajar-ajar yang baru saja digelar.

Baca juga:  Bertambah, Jumlah ODP COVID-19 di Jembrana

“Kami berharap program ini berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Masyarakat sangat antusias mengikuti terlebih di pascapandemi COVID-19 dan dimana ekonomi masyarakat terpuruk, sangat membantu,” terang Subanda.

Yadnya kolektif ini secara umum diikuti 122 peserta, di antaranya 5 peserta ngaben, 32 peserta mukur, 51 nglungah dan 21 peserta metatah (potong gigi) dan 12 mepetik. Keseluruhan kegiatan dilaksanakan tanpa pungutan uang.

Namun, sebagai wujud bhakti kepada Hyang Pitara (leluhur) mewajibkan empat pejati yang diistilahkan dengan akah yadnya. Peserta, menurutnya, selain dari Desa Adat Sumbersari juga dari beberapa desa adat sekitar Melaya.

Baca juga:  Truk Tabrak Truk dan Pagar Rumah Warga

Bila digelar secara berkelanjutan, akan memudahkan krama dalam kewajibannya menyelenggarakan yadnya. Termasuk metatah dan mepetik kolektif yang juga digelar bersama.

Desa Adat Sumbersari merupakan Desa Adat yang berada di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Desa Adat ini dilihat dari kewilayahan desa dinasnya masih jadi satu dengan Desa Melaya. Salah satu desa di Kecamatan Melaya yang penduduknya paling banyak.

Dengan jumlah krama adat sekitar 250 Kepala Keluarga (KK), Desa Adat Sumbersari terbagi menjadi tiga banjar adat. Yaitu, Banjar Adat Sari Mumbul, Sari Muncul dan Dumadi Asri. Desa ini memiliki wewidangan yang berbatasan langsung dengan hutan, pantai Selatan Bali, hutan produksi dan hutan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Joged Pingitan di Desa Adat Panjer, Hanya Pemangku Boleh Ngibing
BAGIKAN