Cak Kolosal kolaborasi fire dance dipentaskan Sabha Yowana Kumuda Singasari, Desa Adat Blahkiuh di Jaba Pura Khayangan Jagat Luhur Giri Kusuma, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal.(BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal mencoba menghidupkan kembali kesenian kecak yang dulu sempat tenar di kalangan wisatawan. Melalui Sabha Yowana Kumuda Singasari seni ini kembali dipentaskan di Jaba Pura Khayangan Jagat Luhur Giri Kusuma, desa setempat.

Pementasan Cak Kolosal yang digagas Paiketan Yowana Kumuda Singasari Blahkiuh ini sebagai wujud kreatifitas generasi muda dalam melestarikan seni tari kecak Blahkiuh yang sudah ada sejak dulu, sekaligus dalam rangka melestarikan seni, adat, tradisi dan budaya salah satunya melalui kegiatan Dresta Lango.

Bendesa Adat Blahkiuh IGAK Sudaratmaja mengatakan, sekaa kecak yang ada di Blahkiuh awalnya hanya dimiliki oleh dua banjar. Tarian kecak ini sudah sejak lama dan sudah terkenal hingga ke luar negeri. Lantaran tarian kecak dari Blahkiuh sudah pernah dipentaskan di Jerman.

Baca juga:  Desa Megati Cegah Alih Fungsi Lahan Lewat “Kampung Alpukat”

“Dua Banjar itu adalah Kembangsari dan Ulapan I, justru tari ini dipentaskan diluar desa bahkan hampir tidak pernah dipentaskan di desa Blahkiuh. Untuk memenuhi undangan dari hotel-hotel,” ujar Agung Sudaratmaja.

Menurutnya, sekaa kecak ini pertama kalinya dibentuk sekitar tahun 1990. Namun setelah masa jayanya sekaa kecak ini sempat vakum. Hal ini terjadi lantran sekaa ini tidak memiliki penerus. “Awalnya sekaa kecak ini dibentuk oleh bendesa adat dua tingkat diatas saya, yang langsung merintis tari kecak. Kemudian generasi itu sudah berlalu,” ungkapnya.

Tari Cak Kolosal yang melibatkan ratusan sekaa teruna dari 8 (delapan) Banjar di Blahkiuh mengangkat cerita Ramayana dengan judul “Sita Kepandung”. Garapan ini dibawah bimbingan pelatih yang sudah melanglang buana ikuti mempromosikan seni Cak Blahkiuh hingga ke luar negeri yakni I Wayan Sandiyasa, yang juga merupakan pegawai Dinas Kebudayaan Badung. Pementasan Cak mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Badung dan antusias dari masyarakat Blahkiuh.

Baca juga:  Desa Adat Melaya Sosialisasikan “Pararem” Menjaga Lingkungan

Menurut Manggala Sabha Yowana Kumuda Singasari Blahkiuh IB Gede Angga Prabawa Manuaba, pementasan Cak Kolosal dan Fire Dance ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan kreativitas generasi muda guna mengajegkan seni budaya khususnya tari kecak. Lebih penting lagi yaitu mengajegkan keberadaan seni kecak Blahkiuh yang sudah terkenal.

“Semoga pementasan cak kolosal ini menjadi sebuah gebrakan bangkitnya seni dan kreativitas yowana di Desa Blahkiuh. Ke depan kami harapkan Cak dapat dikemas dalam bentuk daya tarik wisata,” pintanya.

Baca juga:  Antisipasi Meningkatnya PMI, Badung Siapkan Tambahan Hotel

Kadis Kebudayaan I Gede Eka Sudarwitha atas nama Pemkab Badung sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan kreativitas Sekaa Teruna Desa Blahkiuh yang dikemas dalam pementasan seni kecak kolosal. Selain mendukung program pemerintah daerah dalam pelestarian seni budaya, kegiatan ini juga sebagai bentuk Laporan Pertanggung Jawaban atas dana kreativitas sekaa teruna yang diberikan Pemerintah Kabupaten Badung, dalam hal ini oleh Bapak Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta.

Kadisbud Gede Eka Sudarwitha mengharapkan kepada para Bendesa Adat dan Perbekel tetap menjaga kelestarian seni olah vokal Kecak ini sebagai warisan seni dari para penglingsir di Blahkiuh, termasuk keasrian Pura Kahyangan Jagat Luhur Giri Kusuma yang sudah menjadi ikonnya Desa Blahkiuh. (Parwata/balipost)

BAGIKAN