DENPASAR, BALIPOST.com – Keberadaan asrama mahasiswa Universitas Udayana sempat mengundang polemik. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., IPU, menegaskan, keberadaan asrama semata-mata bermaksud sebagai bagian peningkatan pelayanan kepada mahasiswa. Sama sekali tidak ada untuk tujuan berbisnis.
Terkait polemik asrama mahasiswa, Prof. Antara mengakui, kalau sebelumnya terjadi miscommunication yang kurang tepat, seolah-olah mahasiswa baru wajib tinggal di asrama. Untuk itu pihaknya telah melakukan koreksi.
Untuk mahasiswa yang ingin nanti tinggal di asrama, akan dipersilakan dan bagi yang tidak, akan diberikan kebebasan dan tidak ada paksaan. Soal latar belakang pembangunan asrama, Prof. Antara mengungkapkan berdasarkan pengalamannya dalam setiap penerimaan mahasiswa baru, sering mendapatkan pertanyaan dari orangtua, apakah Unud memiliki asrama mahasiswa. Pertanyaan terutama datang dari mahasiswa yang berasal dari luar pulau Bali.
Selain itu, keberadaan asrama mahasiswa di Kampus Bukit Jimbaran juga penting untuk melindungi mahasiswa baru dari hal-hal buruk. Misalnya, soal keselamatan dalam perjalanan menuju kampus maupun kemungkinan buruk lingkungan sekitar. “Mahasiswa baru perlu dilindungi dari kemungkinan pengaruh buruk lingkungan seperti seks bebas, narkoba maupun miras,” tegas Prof. Antara saat wawancara Bali Post Talk, Rabu (20/4) lalu.
Tidak ada niat dari pihak Unud membangun asrama untuk kepentingan bisnis. “Pembangunannya tanpa menggunakan uang APBN, murni kemitraan dengan BUMN. Dengan masa konsesi tertentu dan pengelolaan dilakukan mitra. Nanti setelah habis masa konsesi, asrama akan menjadi milik Unud sepenuhnya. Jika saat itu tiba, bisa saja asrama akan digratiskan,” ujar mantan Wakil Rektor I Unud ini.
Selain itu, keberadaan asrama juga menjadi salah satu syarat dalam penilaian akreditasi perguruan tinggi. Kampus dengan sarana prasarana penunjang yang lengkap termasuk asrama mahasiswa tentu memiliki penilaian lebih baik daripada yang tidak. Ini sesuai dengan visi Unud menjadi kampus yang maju dan modern. “Saat ini dari sekitar 157 hektar, baru sekitar 10 hingga dua puluh persen yang dibangun,” ujar Prof. Antara.
Menurut Rektor, Unud harus menjadi universitas yang maju dan modern, tanpa meninggalkan dan tercerabut dari akarnya yaitu universitas yang berpola ilmiah pokok kebudayaan. Terutama Kebudayaan Bali dan adat istiadatnya. Untuk itulah, dalam rangka menjadikan Unud maju dan modern, menurutnya, bila tidak segera bergerak ke arah itu, tentu lama kelamaan minat masyarakat untuk mempercayakan anak-anak mereka mengenyam pendidikna di Unud, akan semakin berkurang.
“Kita harus bisa mengelola lembaga terbesar ini lebih progresif, karena kolega-kolega kita juga bergerak sangat-sangat kencang. Tentu harus menyesuaikan diri dengan mereka yang sudah besar yang tersebar di seluruh negeri kita. Itu yang mendasari, sehingga nanti kita bisa menjaga bahwa Unud masih dipercaya oleh masyarakat,” kata Prof. Antara, Rabu (20/4).
Sementara, terkait dengan sarana dan prasarana pembelajaran, pihaknya tidak ingin mendidik mahasiswa hanya sekadar. Pembangunan berbagai sarana akan terus direalisasikan, agara Unud dapat mengejar ketertinggalan dibandingkan kampus lainnya. (Yudi Karnaedi/Winata/balipost)