BANDUNG, BALIPOST.com – Arus mudik sudah menunjukkan kenaikan pada Sabtu (23/4) atau 9 hari sebelum Idulfitri. Bahkan tingkat arus mudik ini disebut lebih tinggi dibandingkan periode sama pada 2019, sebelum pandemi COVID-19.
Menurut Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dikutip dari Kantor Berita Antara, dibandingkan 2019, arus mudik naik sekitar 5-10 persen. “Jadi mudah-mudahan ini berita baik juga,” kata Budi di Kantor Jasa Marga Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat.
Dia berharap angka tersebut menjadi pertanda yang baik setelah adanya imbauan kepada masyarakat untuk mudik lebih awal guna mencegah adanya kemacetan pada saat puncak arus. Pada 2022 ini, pihaknya memprediksi bakal ada kenaikan mobilitas pemudik sebesar 40 persen dibandingkan dengan tahun 2019.
Paddahal, kata dia, pada 2019 juga mengalami beban arus mudik yang cukup berat. Budi pun memastikan unsur kepolisian di wilayah Jawa Barat yang dilalui pemudik yang menggunakan Tol Cikampek-Palimanan telah menyiapkan beragam antisipasi untuk mengurai kepadatan.
Karena, kata dia, rekayasa lalu lintas satu arah di Tol Trans Jawa mulai dari KM 47 Tol Jakarta-Cikampek hingga KM 414 Gerbang Tol Kalikangkung Semarang akan menyebabkan limpahan kendaraan ke jalur arteri pantai utara (pantura). “Saya minta untuk melakukan antisipasi, memetakan kemungkinan yang terjadi, sehingga kalaupun terjadi suatu lonjakan yang cukup tinggi, kita tetap dalam kontrol,” katanya.
Selain itu, ia pun memastikan kendaraan pengangkut sembako tidak dibatasi pada arus mudik 2022 ini agar tidak menyebabkan kelangkaan. Menurutnya kendaraan yang dibatasi hanya kendaraan besar bersumbu tiga.
“Karena saat ini ada misinterpretasi, jadi kita melakukan penundaan atau tidak boleh beroperasi itu hanya kepada kendaraan tiga sumbu,” kata Budi. (kmb/balipost)