Bupati Karangasem, I Gede Dana langsung bergerak cepat membatu rehab rumah warga yang sehari hari bekerja sebagai buruh panjat kelapa tersebut. Perbaikan rumah itu dilakukan secara bergotong royong bersama staf Prokopim, warga, Kawil dan Perbekel setempat, Kamis (12/5). (BP/Ist)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Setelah sempat menginap dan melihat secara langsung kondisi rumah dan kehidupan keluarga I Wayan Pasek (70), warga kurang mampu asal Banjar Dinas Gunaksa, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, sekitar sepekan lalu, Bupati Karangasem, I Gede Dana langsung bergerak cepat. Bupati membantu rehab rumah warga yang sehari hari bekerja sebagai buruh panjat kelapa tersebut.

Perbaikan rumah itu dilakukan secara bergotong royong bersama staf Prokopim, warga, Kawil dan Perbekel setempat, Kamis (12/5). Dana, mengungkapkan, perbaikan atau rehab rumah Wayan Pasek memang diupayakan agar secepatnya dilakukan karena kondisi rumah warga tersebut sudah sangat memprihatinkan. Utamanya pada bagian atap yang sudah hampir ambruk.

Baca juga:  Jual Hasil Pertanian, Petani Masih Terkendala Akses Jalan

“Kasihan kalau tidak segera diperbaiki, atap rumahnya bisa ambruk. Apalagi sudah mendekati musim hujan beberapa bulan lagi. Jadi saya mengajak warga untuk bergotong royong melakukan rehab rumah pak Wayan Pasek,” ucapnya.

Gede Dana menambahkan, untuk rehab sendiri dilaksanakan dengan dana pribadi dan sumbangan dari para donatur. “Pakai dana pribadi dan sumbangan dari donatur, karena ini harus segera jadi kalau menunggu anggaran Bedah Rumah dari APBD prosesnya memakan waktu yang lumayan lama,” kata Bupati Asal Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem ini.

Selain itu, kata Gede Dana, sesuai aturan bantuan bedah rumah syaratnya harus lahan milik pribadi, sementara keluarga Wayan Pasek ini istilahnya nyakap atau penggarap dan tinggal di lahan milik warga lainnya. Sehingga yang paling bisa dilakukan adalah dengan dana pribadi dan bantuan donatur yang dilaksanakan secara bergotong royong.

Baca juga:  Warga Duda Utara Ditemukan Meninggal di Atas Pohon Kelapa

Untuk diketahui, Wayan Pasek tinggal bersama istri Ni Ketut Rai dan salah seorang anaknya, Nyoman Yasa. Keluarga yang tinggal di lahan milik orang ini, menggantungkan hidup sebagai tukang panjat kelapa.

Sedangkan, Wayan Pasek dan Ni Ketut Rai sendiri lebih banyak tinggal di rumah lantaran faktor usia. “Ada enam orang anak, tetapi hanya satu yang masih tinggal dirumah, sisanya ada merantau,” sebut Ketut Rai.

Dikatakan Ni Ketut Rai, untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain dibantu oleh anak-anaknya, juga bergantung kepada Nyoman Yasa yang berprofesi sebagai tukang panjat kelapa. Dari hasil menjadi tukang panjat kelapa, hanya bisa untuk bertahan hidup karena tidak tentu ada orang yang mencari tukang panjat. “Kadang seminggu dua kali, setiap kali bisa sampai 35 pohon dengan upah Rp 6000 per pohon,” kesahnya.

Baca juga:  Dirasakan Keras, Gempa di Selat Lombok Timbulkan Kerusakan di Karangasem

Sebagai pemerintah, dirinya memiliki tanggung jawab terhadap kondisi masyarakat di Karangasem. Ia berharap dengan bantuan rehab ini, keluarga Wayan Pasek bisa tinggal di rumah yang layak huni. Ke depan gerakan bersama membantu masyarakat kurang mampu semacam ini akan terus dilaksanakan. (kmb/balipost)

BAGIKAN