MANGUPURA, BALIPOST.com – Persiapan pengamanan Global Platform For Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 akan digelar di Nusa Dua, Bali, terus dimatangkan Polda Bali bersama jajarannya. Pada Jumat (13/5) dilaksanakan Latihan Pra Operasi (Lapraops) Puri Agung V tahun 2022 di Gedung Budaya Giri Niti Mandala, Kabupaten Badung.
Pengamanan GPDRR Polda Bali mengerahkan 2.838 personel, termasuk anggota dari Mabes Polri. Personel yang terlibat dalam event internasional itu terdiri 1.476 anggota Polda Bali, 997 anggota Satwil dan 359 anggota Mabes Polri.
Usai membuka acara tersebut, Kapolda Bali Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra mengatakan, pihaknya melaksanakan Lapraops dalam rangka pengamanan GPDRR dilaksanakan selama 10 hari dari tanggal 20-29 Mei 2022. “Momen pengamanan ini penting untuk menunjukkan bahwa Polda Bali dan Polri pada umumnya siap mengamankan setiap event yang akan diselenggarakan di Provinsi Bali. Kegiatan ini juga dalam rangkaian pengamanan-pengamanan kegiatan berskala internasional lainnya yang akan diselenggarakan di Bali,” ujarnya.
Kapolda berharap dukungan masyarakat Bali untuk bisa bekerja sama menciptakan keamanan dan ketertiban dalam setiap kegiatan. Saat membuka kegiatan ini, Irjen Putu Jayan dalam amanatnya mengatakan, bencana yang terjadi di tanah air ini merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu aktivitas kehidupan masyarakat, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun akibat ulah manusia.
Kondisi ini mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Indonesia, menurut Putu Jayan, merupakan negara besar dengan posisi geografis yang strategis, geologis yang terletak di pertemuan tiga lempeng dunia yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia Dan Lempeng Pasifik.
Kekayaan Sumber daya alam yang melimpah serta demografi penduduk yang padat dan beragam, sangat berpotensi terjadinya bencana. Berdasarkan data BNPB, tahun 2022 terjadi 1.468 kejadian bencana alam, terdiri dari gempa bumi 10 kali, kebakaran hutan dan lahan 69 kali, kekeringan 1 kali, banjir 572 kali, tanah longsor 270 kali, cuaca ekstrem 538 kali, gelombang pasang dan abrasi 8 kali.
Sedangkan bencana non alam yang mulai terjadi tahun 2019 sampai dengan saat ini mewabah di seluruh dunia, yaitu pandemi COVID-19.
Di Provinsi Bali sendiri pada 2022 tercatat 11 bencana alam, terdiri dari puting beliung 4 kali, tanah longsor 4 kali dan banjir 3 kali. Berdasarkan banyaknya bencana alam yang terjadi di dunia terkhusus di Indonesia, maka perlu adanya upaya-upaya kegiatan mitigasi resiko bencana dan penanggulangan komprehensif, bencana bencana yang alam, baik nonalam maupun bencana sosial.
Dalam Forum GPDRR nantinya akan dibagi dalam empat klaster, yaitu ancaman bencana alam geologi dan vulkanologi, ancaman hidrometeorologi kering yaitu kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta hidrometeorologi basah, yaitu banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung dan abrasi pantai. Klaster terakhir adalah ancaman bencana non alam seperti pandemi Covid-19. (Kerta Negara/balipost)