Marsma TNI I Made Susila Adnyana. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Luasnya wilayah udara Indonesia tentu membutuhkan pengawasan ketat agar tidak disusupi negara asing. Untuk itu, TNI, khususnya Angkatan Udara (AU), membutuhkan banyak pilot (penerbang) guna mengawal NKRI.

Kepala Dinas Pengembangan Operasi TNI Angkatan Udara (Kadisbangopsau) Marsekal Pertama (Marsma) I Made Susila Adnyana mengungkapkan yowana (putra-putri) Bali sangat berpeluang menjadi pilot. Termasuk, pilot tempur di jajaran TNI AU.

Hal itu karena kemampuan akademis putra-putri di Bali sangat bagus dan selama ini hampir rata-rata the best (terbaik) di Akademi TNI semua matra. ‘’Kecerdasan putra-putri Bali cukup bagus karena kualitas sekolah-sekolah di Pulau Dewata sangat baik. Kompetisi dan kesempatan sangat luas. Putra putri Bali punya kemampuan dan kecerdasan,’’ tegas pria kelahiran Tabanan yang tamat Akabri tahun 1990 ini.

Made Susila menambahkan untuk menjadi pilot yang andal, maka para yowana mesti mempersiapkan kesehatan fisik secara dini. Terpenting, tidak punya penyakit penyerta (komorbid). ‘’Rajin-rajinlah olahraga dan jangan merokok, punya tinggi badan minimal 165 cm dan harus mendapat izin dari orangtua,’’ tegasnya.

Baca juga:  Amankan Wilayah Udara, TNI AU Siagakan Pesawat Tanpa Awak

Mengenai syarat-syarat menjadi pilot, Susila mengatakan harus punya kecerdasan di atas rata-rata, dan fisik yang kuat, apalagi kalau ingin menjadi pilot pesawat tempur. Kecerdasan memang sangat dibutuhkan karena kesempatan berpikir para pilot (tempur) sangat singkat. Begitu juga kemampuan yang harus dimiliki pilot transport. “Kecerdasan ini memang tak bisa ditawar-tawar karena waktu berpikir kita sangat singkat di udara. Jangan sampai kecepatan berpikir kita dikalahkan pesawat yang kita kendalikan,’’ tambah perwira tinggi AU yang anggota Jupiter Aerobatik Team di TNI AU beberapa tahun lalu ini.

Baca juga:  Jelang Nyepi, Melasti Digelar Tiga Desa Pakraman di Pantai Masceti

Ditanya kunci sukses menjadi pilot pesawat tempur, Made Susila menyebut kematangan skill si penerbang. Karena jarak dan kecepatan pesawat sangat luar biasa rata-rata 460 knot. Seorang pilot juga harus mampu mendeteksi, punya kecepatan, ketepatan, dan paham jarak.

Sedangkan kalau para yowana ingin menjadi anggota tim aerobatik, tambah penggemar seni beladiri ini, harus mengikuti kelas khusus dalam kompetisi ketat. Sebab seseorang tak hanya mengendarai pesawat sendirian, namun bersama tim.

Dia juga mengaku bangga karena tim aerobatik TNI AU disegani oleh negara-negara lain. Bahkan Indonesia pernah punya 12 pesawat aerobatik yang menyamai tim Red Arrow dari Inggris. Tim ini terbang kemana-mana untuk mengikuti beberapa acara show di udara.

Pengalaman menarik saat mengajar siswa penerbang, menurut Susila, tentu mampu melahirkan pilot-pilot andal, padahal mereka awalnya tak bisa menerbangkan pesawat. Sedangkan pengalaman pribadinya menjadi pilot tempur yakni melaksanakan exercise spin (latihan berputar) hingga pernah sampai minimum 1.500 altitude, barulah bisa keluar dari tim.

Baca juga:  Lanud Ngurah Rai Peringati Hari Bhakti ke-75 TNI AU

Khusus mengenai instruktur pilot, dia menyebut harus menjadi guru yang baik, mampu mentransfer ilmu, dan mampu konsultasi dan memahami psikologi siswa. ‘’Diperlukan skill khusus untuk mengajar,” tegasnya.

Marsma Suslita berpesan kepada para yowana bahwa militer adalah suatu pilihan hati, bukan pilihan pekerjaan. Menjadi militer adalah tantangan hidup karena bisa bekerja di semua lini, terutama untuk menjaga perdamaian dan bisa keliling dunia. ‘’Berkompetisilah karena peluang kita sangat besar. Jangan takut berbuat sesuatu untuk Bali, tentunya,’’ tandas periwira AU yang kini bertugas di Mabes TNI AU Jakarta ini. (kmb/balipost)

BAGIKAN