Yayasan Puri Kauhan Ubud dan Kagama "Mareresik Patirtan" di Desa Adat Buahan, Jumat (13/5). (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Mareresik Patirtan (bersih-bersih sumber air) dan penanaman pohon serangkaian Sastra Saraswati Sewana “Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” digelar Yayasan Puri Kauhan Ubud bekerjasama dengan Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada). Kegiatan dilaksanakan di Desa Adat Buahan, Jumat (13/5) pagi.

Kegiatan ini menyasar dua lokasi yakni Pura Tirta Petak Danu Kuning dan Pura Panglepasan Danu Gadang. Dalam kegiatan ini ada ratusan bibit pohon yang diserahkan untuk ditanam masyarakat, terdiri atas 200 batang pohon alpokat, 100 pohon jambu kristal, 150 pohon kemiri, dan 150 pohon nagasari.

Baca juga:  Bantuan Wirasa Bali TV Diserahkan ke Pengungsi Lansia dan Disabilitas

Spesialnya ada pohon bodi dengan tinggi sekitar 4 meter ditanam di Pura Panglepasan. Tak hanya itu, ada seperangkat wastra pelinggih untuk kedua pura dan 4 tong sampah yang juga diserahkan, serta penebaran 10.000 bibit ikan nila.

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana, dalam rilisnya mengatakan pemuliaan air dan hutan mesti mendapat perhatian bersama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga pusat dan masyarakat. Permasalahan lingkungan seperti krisis air dan deforestasi ia sebut merupakan tantangan berat ke depannya, sehingga pihak yayasan konsen melakukan kegiatan ini.

Baca juga:  Menaker: Jadikan May Day Momentum Meningkatkan Sinergi Elemen Ketenagakerjaan

Sementara itu, Anak Agung Gede Putra, Ketua Bidang VI Pengabdian Masyarakat Pengurus Pusat Kagama mengatakan ini adalah partisipasi Kagama dalam mendukung penanaman pohon, penebaran bibit dan pembersihan lingkungan sebagai upaya mengetuk masyarakat terlibat dalam proses yang bermanfaat bagi lingkungan. “Harapannya ini menginspirasi masyarakat semakin banyak sehingga punya kepedulian mengenai sumber-sumber air dari hulu sampai hilir,” kata dia.

Sementara itu, Bendesa Adat Buahan I Made Antara menyambut baik kegiatan ini yang sejalan dengan konsep adiluhung warisan leluhur di Buahan. Implementasi ini, kata dia, adalah bentuk konkret pelestarian lingkungan yang dilakukan Yayasan Puri Kauhan dan Kagama, sehingga patut dijadikan contoh oleh organisasi/komunitas lainnya. “Sumber daya alam dan nilai lokal yang dimiliki di Buahan harus selalu dilestarikan,” tegasnya. (kmb/balipost)

Baca juga:  Dengarkan Desa Adat, Jangan Paksakan Reklamasi Teluk Benoa
BAGIKAN