Pura Segara Danu Batur. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Pementasan “Nuwur Kukuwung Ranu” serangkaian Sastra Saraswati Sewana “Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” Yayasan Puri Kauhan Ubud digelar Sabtu (14/5) di Pura Segara Danu Batur, Desa Adat Batur, Kintamani, Bangli. Pegelaran seni lingkungan ini mendapat apresiasi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

Siti Nurbaya menyebut pentas seni ini sarat makna lingkungan. Sehingga dinilai menjadi langkah strategis dan relevan dalam melestarikan lingkungan. “Pentas seni dan pameran ini adalah sebuah even berharga dalam rangka konservasi alam dan pelestarian lingkungan termasuk danau disini,” katanya, dikutip dari rilis yang diterima.

Baca juga:  Ketergantungan Terhadap Luar Tak Boleh Berlanjut, Indonesia Harus Bangun Sistem Kesehatan yang Kokoh

Ia menyebut pentas ini penting, karena Danau Batur juga menjadi danau prioritas nasional untuk dipulihkan dari ancaman, seperti penyempitan dan pencemaran. Seni dan budaya Bali, kata dia, bisa menjadi instrumen mengingatkan diri menjaga kelestarian lingkungan, termasuk danau di dalamnya.

Sementara itu, Menteri Sandiaga mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memulihkan pariwisata dan ekonomi kreatif. Even pementasan “Nuwur Kukuwung Ranu” yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud yang berkolaborasi dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini patut mendapat apresiasi.

Baca juga:  Jumlah Warga Positif COVID-19 Bangli Nomor Dua di Bali, Segini Tingkat Kesembuhannya

“Kolaborasi luar biasa yang menbangkitkan ekonomi sekaligus melestarikan seni budaya,” kata Sandi.

Pegelaran yang ditampilkan hibrid luring daring ini memukau para penonton melalui penampilan apik para pemeran. Dimulai dengan penampilan monolog dan nyanyian oleh Ayu Laksmi, hingga atraksi penabuh dan tari mulai dari Baris Kukuwung, Banua Pagambyuhan, Sad Hyang Panji dan Ratu Ayu Mas Membah. Pemeran Ratu Ayu Mas Membah sendiri menari menggunakan topeng berwarna emas dan mahkota yang sengaja dibuat untuk pegelaran tari kolosal ini.

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana mengaku pementasan ini berlangsung pada hari istimewa karena bertepatan Tumpek Wariga yang merupakan momentum pemuliaan tumbuh-tumbuhan. Pagelaran “Nuwur Kukuwung Ranu” ini, kata dia, merupakan satu langkah edukatif yang dihadirkan untuk menggugah kesadaran kolektif manusia dalam menjaga lingkungan, khususnya pelestarian air melalui pendekatan seni budaya dan rasa.

Baca juga:  Penataan Penelokan, Dana Rp 4 Miliar Dialokasikan untuk Patung Pemangku

Di akhir pementasan, enam sulinggih menanam pohon untuk kepentingan upacara didampingi Jero Gede Batur, para menteri dan undangan lain. Selain pementasan ini, Sastra Saraswati Sewana juga diisi penanaman 25.000 pohon, program penyelesaian dan pengolahan sampah, serta pembersihan sumber mata air dan danau. (kmb/balipost)

BAGIKAN