Ternak Babi (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Peternak babi di Bangli kini kelimpungan dengan adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Pasalnya, pascapenyebaran PMK, terdapat kebijakan larangan keluar masuknya ternak.

Dampaknya, stok babi siap jual milik peternak menumpuk. Peternak pun terpaksa harus mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan pakan, hingga puluhan juta rupiah per hari.

Seperti yang dialami I Wayan Sudirman, peternak babi di Desa Kayubihi, Bangli. Sejak mewabahnya PMK, ia yang biasa mengirim babi puluhan hingga ratusan ekor per minggu ke Jakarta, kini tidak bisa bergerak.

Kebijakan pemerintah menghentikan sementara lalu lintas pengiriman ternak keluar masuk Bali membuat babi miliknya yang sudah siap panen tidak bisa dikirim ke Jakarta. “Sekarang stok babi saya yang sudah siap panen numpuk. Hampir 700 ekor tidak bisa dikirim ke Jakarta,” ungkapnya, Senin (16/5).

Baca juga:  Bali Harus Waspadai Penyakit Mulut dan Kuku, Risikonya Sangat Tinggi

Terakhir, ia mengirim babi ke Jakarta sebelum hari raya Idulfitri. Setelah hari raya, Sudirman berencana mengirim lagi. “Tapi tahu-tahu ada wabah PMK ini, jadi stok babi saya numpuk,” ujarnya.

Lantaran ternak babinya tidak bisa dikirim ke Jakarta, ia kini terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk pakan. Dalam sehari ia bisa menghabiskan Rp 20 juta untuk pakan babinya yang sudah siap panen, termasuk yang masih proses penggemukan.

Baca juga:  Bertambah, Kabupaten di Bali yang Melaporkan PMK

Untuk menjaga keberlangsungan usahanya, ia mengaku terpaksa pinjam ke sana sini. Sudirman pun pesimis usaha ternaknya bisa bertahan jika kebijakan itu diberlakukan dalam jangka waktu lama. “Kalau ini terus berlangsung sampai satu bulan saja, kacau saya,” ucapnya.

Ia pun sangat berharap pemerintah bisa memikirkan nasib peternak sepertinya. Pemerintah diharapkan bisa memberi kejelasan waktu dan secepatnya memberikan ijin mengirim hewan ternak ke pulau Jawa, meski dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi. “Biar bisa melintas di Jawa Timur saja. Apapun syaratnya yang resmi yang harus dipenuhi saya siap,” terangnya.

Baca juga:  BRI Perkuat Kerja Sama dengan "Correspondent Banks"

Meski stok babi miliknya yang sudah siap jual menumpuk di kandang, Sudirman mengaku dirinya tidak ada keinginan untuk menjual di tingkat lokal. Sebab ia juga memikirkan nasib peternak babi lokal di Bali. “Kasian peternak rumahan kalau saya jual juga, nanti jebol harganya,” ujar pria yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di usaha ternak babi itu. (Dayu Swasrina/balipost)

 

BAGIKAN