AMLAPURA, BALIPOST.com – Pelaksanaan upacara ngaben massal di setiap desa adat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Namun, biasanya ngaben massal identik arak-arakan bade atau wadah yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Beda dengan desa ada lainnya yang melakukan pengarakan di jalan raya, Desa Adat Padangbai, Manggis, Karangasem melakukan pengarakan di pantai.
Menurut Bendesa Adat Padangbai, I Komang Nuriada, ngaben massal di Padangbai berjalan seperti biasanya, namun yang membedakan adalah arak-arakan wadah yang dilakukan di tengah laut. Prosesi seperti itu diakuinya sudah berlangsung sejak dahulu kala.
Nuriada menambahkan, karena Padangbai memiliki pantai yang luas, bade yang berisikan tulang mayat tersebut diarak di tengah pantai. Terlebih setra (kuburan) dengan pantai di Desa Adat Padangbai lokasinya berdekatan. “Bade itu tidak diarak biasa, tetapi dilakukan di tengah laut,” katanya.
Dia menjelaskan, warga rata-rata bisa berenang. Sehingga arak-arakan di tengah laut bisa berlangsung cukup lama. “Sambil berenang mereka ngarap,” imbuhnya.
Tradisi mengarak di tengah laut diperkirakan sudah berlangsung sejak zaman dulu. Kemungkinan karena jalan menuju setra terlalu sempit, sehingga ketika ngaben, bade maupun wadah tersebut tidak bisa melintas ke sana. Masyarakat melakukan pangabenan melalui pantai.
Seiring berjalannya waktu, jalan menuju setra tersebut
sudah diperluas, bade dan wadah pun sangat mencukupi untuk melewati jalan tersebut. Tetapi, warga Desa Adat Padangbai tetap melakukan pengarakan ketika ngaben melalui pantai.
“Dari zaman itu sampai sekarang kemanggehang sebagai ciri khasnya Desa Padangbai. Walaupun sudah ada jalan besar sekarang, tapi kami tidak lewat di sana,” jelasnya.
Untuk ngaben masal di Padangbai diselenggarakan lima tahun sekali, biasanya dilakukan oleh masing-masing dadia. Namun di tahun ini, ngaben massal akan diselenggarakan oleh desa adat. Ketika ngaben pun disepakati untuk menggunakan wadah dan gajah mina. (Eka Parananda/balipost)