Ilustrasi. (BP/istimewa)

KINHASA, BALIPOST.com – Sedikitnya 1.284 kasus suspek cacar monyet dan 58 kematian dilaporkan di Republik Demokratik Kongo (RDK) hingga 8 Mei. Demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (20/5), dikutip dari Kantor Berita Antara.

Provinsi Sankuru, Tshopo, Equateur, dan Tshuapa mencatat 913 kasus atau sekitar 75 persen dari keseluruhan kasus suspek di negara tersebut, cuit kantor WHO di RDK via Twitter.

Baca juga:  Masih Terjadi, Tren Kenaikan Kasus COVID-19 Harian Nasional

Cacar monyet merupakan penyakit ringan yang biasanya sembuh dengan sendirinya. Penyakit itu ditularkan melalui kontak yang sangat erat dengan si penderita dan kebanyakan dari mereka sembuh dalam hitungan minggu.

Gejala cacar monyet meliputi demam, nyeri otot, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, dan ruam kulit seperti lecet.

Menurut sejumlah lansiran media, kasus cacar monyet hingga kini sudah dilaporkan di Inggris, Portugal, Spanyol, Swedia, Belanda, dan Amerika Serikat.

Baca juga:  Kasus Terus Melandai, Risiko Penyebaran COVID-19 Nasional Hanya Didominasi 2 Warna

Di Belanda, seorang pasien dengan infeksi cacar monyet dikonfirmasi untuk pertama kalinya, menurut badan kesehatan pemerintah RIVM pada Jumat (20/5).

RIVM (Institut Kesehatan Nasional) menambahkan bahwa sebenarnya lebih banyak orang diduga terinfeksi penyakit tersebut. “Setelah akhir pekan, kami akan memberikan informasi terkini tentang infeksi baru yang telah diketahui,” kata RIVM lewat pernyataan.

Lebih dari 100 kasus cacar monyet, yakni infeksi virus yang biasanya banyak terjadi di Afrika tengah dan barat, telah dilaporkan bermunculan di Eropa pekan ini. Pejabat Jerman menggambarkan keadaan itu sebagai wabah cacar monyet terbesar yang pernah terjadi di kawasan tersebut. (kmb/balipost)

Baca juga:  Tak Kunjung Diberangkatkan, Sejumlah Calon Naker ke Afrika Minta Kejelasan
BAGIKAN