BEIJING, BALIPOST.com – Setelah mengalami penguncian wilayah (lockdown) selama lebih dari sebulan, tepatnya 37 hari terkait munculnya beberapa klaster baru COVID-19 varian Omicron, situasi Kota Beijing, China, mulai pulih secara bertahap pada Minggu (29/5). Beberapa pusat keramaian belum sepenuhnya beroperasi meskipun otoritas ibu kota telah mengumumkan pelonggaran kontrol wilayah sejak Sabtu (28/5).
Dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (29/5), taman dan ruang terbuka, pusat penjualan jajanan, pasar grosir, dan toko-toko swalayan, di Distrik Chaoyang terlihat masih tutup. Pintu gerbang stasiun kereta metro jalur 10 di Panjiayuan dan sekitarnya masih terkunci. Hanya beberapa halte bus di sekitar jalan lingkar 3 Beijing yang sudah beroperasi kembali. Warga juga masih diwajibkan melakukan tes PCR massal setiap hari.
Beberapa kawasan permukiman juga masih dijaga ketat oleh aparat dan orang-orang yang tidak memiliki kepentingan dilarang masuk. Penutupan beberapa kawasan permukiman itu sempat memunculkan keributan antara warga dan aparat di Jalan Huawei Li Panjiayuan. Beberapa warga meminta aparat segera membuka blokade yang selama sebulan lebih dipasang di kompleks permukimannya.
Pada Jumat (27/5) di Beijing hanya terdapat 23 kasus positif baru, sedangkan Sabtu (28/5) hanya 12 kasus. Beijing berhasil mengendalikan COVID-19 setelah dalam enam hari berturut-turut terjadi penurunan kasus baru dan delapan distrik justru tidak ada kasus, demikian Pemerintah Kota Beijing dalam pengarahan pers pada Sabtu (28/5).
Pelonggaran kontrol wilayah di Beijing tersebut bersamaan dengan berakhirnya masa kunjungan Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCHR) ke China terkait dengan isu Xinjiang yang berakhir pada Sabtu (28/5).
Oleh sebab itu, lockdown di Beijing menimbulkan berbagai spekulasi karena dianggap politis. Bahkan sempat terjadi aksi protes di salah satu kampus ternama di Ibu Kota. (kmb/balipost)