Ilustrasi - Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat angka yang tertera pada alat pengukur kecepatan angin atau anemometer di Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Malang, Jawa Timur, Rabu (25/5/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Akhir Mei 2022, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan bulan hitam, yang dapat menyebabkan naiknya pasang laut. “Sebagaimana fase bulan baru pada umumnya, bulan hitam dapat mengakibatkan naiknya pasang laut dibandingkan hari-hari lainnya ketika konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari tidak segaris jika diamati dari atas kutub. Masyarakat diimbau agar tidak melaut saat air laut sedang pasang,” kata peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang, di laman resmi Edukasi Sains Antariksa BRIN di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (29/5).

Andi menuturkan fase bulan baru keenam pada 2022 terjadi pada 30 Mei pukul 11.30.08 Universal Time (UT). Sehingga, untuk wilayah Eropa bagian Timur, Indonesia, hingga Kepulauan Line baru akan mengalami bulan hitam di penghujung Mei 2022.

Ia mengatakan ada empat definisi bulan hitam yang berbeda-beda. Pertama, bulan hitam adalah fase bulan baru yang kedua dalam satu bulan Masehi. Fenomena tersebut cukup sering terjadi karena berlangsung periodik dengan periode 29 bulan.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Nasional Tunjukkan Peningkatan

Kedua, bulan hitam adalah fase bulan baru ketiga dalam musim astronomis yang mengandung empat fase bulan baru. Fenomena tersebut terjadi setiap 33 bulan.

Ketiga, bulan hitam adalah fenomena di mana tidak terdapat fase bulan baru di bulan Februari. Fenomena itu terjadi setiap 19 tahun sekali. Keempat, bulan hitam adalah fase bulan purnama di bulan Februari. Fenomena tersebut terjadi setiap 19 tahun sekali.

Andi menuturkan fenomena bulan hitam bisa terjadi berbeda-beda di setiap tempat dikarenakan zona waktu yang digunakan berbeda-beda di setiap tempat.

Selain itu, jatuhnya fase bulan baru untuk setiap lunasi juga berbeda-beda. Sehingga, ada wilayah yang mengalami bulan hitam tripel, ada wilayah yang mengalami bulan hitam ganda dan ada wilayah yang hanya mengalami bulan hitam sekali saja.

Baca juga:  Sempat Hilang Beberapa Bulan, Gepeng Kembali Berkeliaran di Ubud

Andi mengatakan, bulan hitam secara kasat mata memang tidak dapat dilihat karena konfigurasi Bumi-Bulan Matahari yang terlihat pada satu garis lurus jika diamati dari atas kutub, sehingga permukaan Bulan yang menghadap Bumi tidak terkena cahaya Matahari dan Bulan tampak gelap.

Setiap dua hingga lima kali setahun, konfigurasi tersebut bertepatan dengan ketika Bulan berada di titik simpul orbit (perpotongan ekliptika dan orbit Bulan) sehingga bayangan Bulan jatuh ke permukaan Bumi dan mengakibatkan Gerhana Matahari.

Bulan hitam sebagai bulan baru kedua di dalam bulan Masehi sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2016 dan 30 Agustus 2019. Fenomena itu akan terjadi kembali pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027.

Baca juga:  Progress Vaksinasi Denpasar Nomor Dua Terbawah di Bali, Vaksinasi Massal Nakes Mulai Digelar

Sedangkan, bulan hitam sebagai bulan baru ketiga di dalam musim astronomis yang mengandung empat fase bulan baru sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 22 Agustus 2017 dan 19 Agustus 2020. Fenomena tersebut akan terjadi kembali pada 19 Mei 2023 dan 23 Agustus 2025.

Sementara itu, bulan hitam tripel (dua bulan hitam di akhir bulan Masehi dan tidak ada bulan baru di bulan Februari) pernah terjadi di Indonesia, Amerika Serikat dan Kanada bagian timur pada 2014 dan akan terjadi kembali pada 2033 mendatang.

Selain itu, bulan hitam sebagai fenomena ketika tidak ada fase bulan purnama di bulan Februari (sehingga terdapat bulan biru ganda di akhir Januari dan akhir Maret), pernah terjadi di Indonesia, Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko pada 2018 dan akan terjadi kembali pada 2037. (kmb/balipost)

BAGIKAN