Prof. I Nyoman Sucipta. (BP/Istimewa)

Oleh  I Nyoman Sucipta

Indonesia yang dijuluki jambrut khatulistiwa terkenal sebagai negara agraris sehingga lebih cocok pengembangan pertanian walaupun yang lain juga tetap perlu berkembang. Pengembangan sektor pertanian bukan suatu hal mudah. Ada banyak hal sesungguhnya yang menjadi permasalahan terutama kemiskinan.

Kondisi mengenai kemiskinan yang ada di dunia bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga terjadi pada wilayah lain di belahan dunia. Adanya pendekatan ergonomi pertanian  diharapkan mampu melakukan percepatan pengurangan kemiskinan karena pada dasarnya ergonomi pertanian merupakan pembangunan ekonomi di sektor pertanian.

Ergonomi pertanian sendiri diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual melalui peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Pendekatan ergonomi pertanian dalam upaya meningkatkan kualitas hidup petani yang ujungnya kesejahteraan masyarakat dengan sasaran pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, penyediaan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan. Pendekatan ergonomi pertanian dapat dilakukan dengan peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya; pengamanan ketahanan pangan; peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian untuk diversifikasi usaha.

Peningkatan produktivitas, di mana perbaikan ini bisa dilakukan dengan cara pembaharuan transfer teknologi pertanian yang memadai. Teori pertumbuhan baru menunjukan bahwa teknologi bersifat “endogen” dan produktivitas dapat terus tumbuh dengan adanya kemajuan teknologi secara internal. Pertumbuhan produktivitas jangka panjang berlangsung kontinyu dan setiap perubahan pada tingkatan teknologi dapat membawa perubahan jangka panjang pada peningkatan produktivitas. Adapun tujuan teknologi adalah untuk memperbaiki usaha tani baik dari segi produksi atau produktivitas.

Baca juga:  Pemilu untuk Pembangunan Berkelanjutan

Berbicara pendekatan ergonomi pertanian sangat erat kaitannya dengan alat, aktivitas, serta produk–produk yang dihasilkan oleh manusia. Pada prinsipnya pendekatan ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun makro. Karena yang dipelajari adalah dampak dari teknologi dan produk-produknya, maka pengetahuan yang khusus dipelajari akan berkaitan dengan teknologi seperti biomekanik, antropometri teknik, teknologi produksi, lingkungan fisik dan lain-lain.

Maksud dan tujuan dari ergonomi pertanian adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi petani dengan produk-produk yang dihasilkan. Fokus perhatian ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di dalam perencanaan man-made objects (proses perancangan produk) dan lingkungan kerja. Pendekatan ergonomi pertanian akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan petani, baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Maka, secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia.

Baca juga:  Perlambatan Ekonomi Global dan Stagflasi

Upaya peningkatan produktivitas petani secara terus-menerus dan menyeluruh merupakan hal yang penting tidak saja berlaku bagi setiap individu petani, juga bagi instansi yang terkait di sektor pertanian. Dengan peningkatan produktivitas maka tanggung jawab manajemen akan terpusat pada upaya dan daya untuk melaksanakan fungsi dan peran dalam kegiatan produksi. Khususnya yang bersangkut-paut dengan efisiensi penggunaan sumber-sumber input. Pendekatan agro ergonomi akan memainkan peran yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas petani. Beberapa peneliti di bidang ergonomi telah melakukan upaya ke arah tersebut.

Ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik; yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman. Sistem kerja di sini dimaksudkan sistem hubungan manusia-mesin (teknologi) yang dipertimbangkan sebagai sistem yang terpadu. Kalau di saat yang lalu perancangan mesin semata-mata ditekankan pada kemampuannya untuk berproduksi semata dengan atau sedikit sekali memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan elemen manusia maka sekarang dengan pendekatan ergonomi proses perancangan mesin akan memperhatikan aspek-aspek manusia dalam interaksinya dengan mesin secara lebih baik lagi.

Baca juga:  Kemiskinan, Tanggung Jawab Bersama

Oleh sebab itulah maka untuk mengembangkan ergonomi memerlukan dukungan dari berbagai disiplin keilmuan seperti kedokteran (faal/anatomi), psikologi, antropologi, biologi, di samping berbagai disiplin teknologi lainnya. Riset dan aplikasi ergonomi umumnya lebih terfokus pada sektor industri, dan masih sangat sedikit yang berkaitan dengan sektor pertanian secara umum apalagi yang menyangkut petani skala kecil. Banyak hal yang dapat dilakukan melalui intervensi ergonomi guna memperbaiki kinerja suatu sistem pertanian (agro system), khususnya di Indonesia. Salah satu masalah paling fundamental untuk memperbaiki kinerja pertanian di Indonesia adalah transfer teknologi, dan setiap masalah yang berkaitan dengan transfer teknologi berarti mempunyai implikasi ergonomi.

Penulis, Guru Besar Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

BAGIKAN