Warga membuat penjor untuk perayaan Galungan dan Kuningan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk bisa memenuhi kebutuhan upacara menjelang hari raya Galungan dan Kuningan di tengah masih melemahnya ekonomi Bali akibat pandemi bukanlah perkara mudah bagi umat Hindu di Bali. Menghadapi hari raya Galungan, kendati pariwisata mulai menggeliat, perekonomian Bali belum bisa disebut pulih.

Ketua PHDI Provinsi Bali, Nyoman Kenak, menyadari
kondisi itu. Untuk itu dia mengajak masyarakat untuk
ber-yadnya secara tulus dan ikhlas sesuai dengan kemampuan. “Persoalan harga naik itu sudah biasa setiap menjelang hari raya. Tapi persembahyangan itu bukan karena harga, tapi ketulusan. Seberapa mampunya, seberapa tulusnya, seberapa ikhlasnya.
Itulah yang menjadi inti dari yadnya yang artinya pengorbanan yang tulus ikhlas,” ungkapnya saat diwawancara Senin (6/6).

Baca juga:  Lima Hari Berturut-turut, Kasus Positif COVID-19 di Bali Terus Bertambah

Ia mengajak masyarakat jangan menjadikan yadnya sebagai beban dalam menjalani adat, budaya dan agama. Karena sesungguhnya, kata dia, ber-yadnya itu merupakan tradisi yang dilakukan oleh leluhur di Bali dalam menjaga keharmonisan. Baik keharmonisan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan keharmonisan manusia dengan Tuhan yang merupakan esensi dari konsep Tri Hita Karana.

“Adat, budaya dan agama harus tetap berjalan. Termasuk saat pandemi. Justru situasi sulit ini menjadi tantangan umat Hindu menjaga bhakti kepada Tuhan,” tuturnya.

Baca juga:  Hadapi Perlambatan Ekonomi, Daya Tahan Krama Bali Maksimal Enam Bulan

Dia berterima kasih kepada pemerintah provinsi, kota dan kabupaten yang ikut meringankan beban umat Hindu dengan menggelar pasar murah. Program ini
sangat membantu masyarakat, sehingga mendapat keperluan dengan harga relatif murah.

Sementara itu menurut Ahli Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, aktivitas Galungan dan Kuningan tak perlu dikhawatirkan menjadi sumber
lonjakan kasus baru. Sebab, sebelumnya masyarakat Bali, telah melakukan eksperimen sosial pada saat pawai Ogoh-ogoh hari raya Nyepi. Ternyata tidak terjadi lonjakan kasus baru. Begitu juga pascaperayaan Lebaran juga tidak terjadi lonjakan
kasus Covid-19. (Sueca/Yudi Karnaedi/balipost)

Baca juga:  Wapres Tutup Muktamar VI PKB di Bali
BAGIKAN