Prof. Ngurah Mahardika. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah kasus subvarian Omicron ditemukan di Bali. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan varian BA.4 dan BA.5 yang ditemukan itu merupakan subvarian yang memicu kenaikan kasus di Eropa, Amerika, dan Asia.

Terkait munculnya subvarian ini, Ahli Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, mengatakan, tidak perlu dikhawatirkan. Diakuinya, virus ini sebelumnya sangat dominan di Amerika.

Baca juga:  Nyepi, Kasus COVID-19 Bali Bertambah Lampaui Pasien Sembuh

Bahwa, subvarian ini sampai masuk Bali, dinilai sangat wajar sebagai konsekuensi pembukaan ‘border” internasional. “Tapi saya melihat varian ini sama saja dengan Omicron yang lain. Apalagi saat ini sebagian besar masyarakat Bali telah divaksinasi. Sebagian masyarakat juga telah terinfeksi secara alami oleh varian Omicron yang lain sebelumnya. Sehingga mestinya tidak membuat kita khawatir,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat (10/6).

Lebih lanjut dikatakan, untuk karakteristik daya infeksi varian ini, memang lebih tinggi. Namun kata dia, hal itu tidak perlu harus dikhawatirkan. “Apapun daya tularnya, ketika 90 persen lebih penduduk telah terpapar oleh varian Omicron sebelumnya, mestinya kebal terhadap varian Omicron yang lain,” ucapnya.

Baca juga:  Tinggalkan Rumah Sehari Sebelumnya, Seorang Nenek di Tegallalang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Dirinya menegaskan, bisa dikatakan varian ini hampir sama dengan varian-varian lain. Namun, harus diingat, orang yang telah divaksinasi, orang yang sudah sembuh dari COVID sebelumnya, bisa saja terpapar, bisa saja tertular, dan bisa saja menulari orang lain. Tapi risiko yang bersangkutan untuk menjadi menderita penyakit sedang sampai berat, sampai masuk rumah sakit, disebutnya sangat rendah. “COVID-19 semestinya tidak lagi menjadi tekanan pada sistem kesehatan,” katanya. (Yudi Karnaedi/balipost)

Baca juga:  Kasus COVID-19 Bali Masih Tambah Puluhan, Korban Jiwa Dilaporkan 3 Wilayah
BAGIKAN