Seorang bule asal Australia menaiki pohon beringin yang dikeramatkan di depan Pura Dalem, Banjar Dakdakan, Desa Abiantuwung, Tabanan. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Pascapemanjatan pohon beringin yang dikeramatkan di depan Pura Dalem, Banjar Dakdakan, Desa Abiantuwung oleh bule berinisial SL, asal Australia pada Sabtu (11/6) sore, pengurus Desa Adat Kelaci Kelod sudah melakukan koordinasi. Desa berencana menggelar upacara Prayascita Durmanggala.

Bendesa Adat Kelaci Kelod, I Gusti Made Astawa mengatakan, upacara ini merupakan ritual mareresik atau pembersihan secara niskala sekitar pohon beringin yang dipanjat tersebut. Sarananya banten Prayascita dan Tebasan Durmanggala.

Ritual akan dilaksanakan pada Senin (13/6) ini. “Jadi bukan guru piduka melainkan Prayascita Durmanggala, ini sesuai dengan petunjuk dari pemangku setempat usai kejadian tersebut,” terangnya, Minggu (12/6).

Ia menjelaskan upacara ini seperti yang dilakukan saat prajuru adat memangkas beberapa bagian pohon beringin tersebut sekitar satu bulan lalu atau saat musim angin kencang. “Saat itu waswas ada bagian Beringin yang patah atau tumbang menimpa bangunan pura. Setelah selesai pemangkasan kami haturkan Prayascita Durmanggala juga,” kata I Gusti Made Astawa.

Baca juga:  Transisi ke "New Normal," PPDN Tak Perlu Lagi Tunjukkan Suket Negatif COVID-19

Bukan Areal Pura

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa posisi pohon Beringin yang dipanjat bule asal Australia ini berada di areal setra atau kuburan, bukan areal di pura. Karena itu, pihaknya tidak memperpanjang persoalan akibat ulah bule itu.

Meski diakuinya, perbuatan itu membuat terkejut dan marah warga lantaran pohon beringin itu dikeramatkan. Mengingat di bawah Beringin itu ada patung raksasa Celuluk. “Patung ini sudah ada sejak tahun 80-an, dan pohon beringin yang ada sekarang tumbuh dari bagian lengan kanan patung,” terangnya.

Baca juga:  Desa Adat Pagan Gelar Karya Mamungkah

Bahkan sebelum dibiarkan tumbuh dari bagian lenganan kanan patung, awalnya tumbuh di bagian kepala atau tepatnya di ubun-ubun. Lantaran khawatir dapat merusak patung, akhirnya dicabut.

Namun beberapa tahun kemudian muncul lagi di lengan kanan. “Sejak saat itu tidak ada masyarakat yang berani lagi mencabut,” jelasnya.

Dan terkait dengan pelaksanaan upacara Prayascita Durmanggala, Gusti Made Astawa menambahkan biaya upacara sepenuhnya ditanggung oleh bule SL, sesuai dengan kesepakatan dalam surat pernyataan yang telah dibuatnya di Polsek Kediri. SL berjanji akan membiayai upacara tersebut dan datang saat pelaksanaan upacara diantar oleh pihak Keimigrasian.

Baca juga:  Antisipasi Bencana, Ini Upaya PDAM Tabanan

“Kemarin dia betul-betul tidak bawa uang lagi. Hanya bisa memberikan Rp150 ribu. Kebetulan yang terima kemarin itu petajuh atau wakil saya,” tuturnya.

Pascakejadian juga telah dilakukan pertemuan dengan pihak Imigrasi. Dalam pertemuan tersebut juga telah dibuat berita acara perdamaian. “Kemarin itu dia saja yang buat. Besok (saat upacara) dia datang diantar pihak Imigrasi,” sambungnya.

Secara terpisah, Kapolres Tabanan AKBP Ranefli Dian Candra mengungkapkan, proses selanjutnya terhadap bule asal Asutralia ini akan dilakukan pihak Imigrasi. “Tim Imigrasi melakukan interogasi juga. Saat ini yang bersangkutan, kami serahkan kepada pihak Imigrasi untuk penanganan lebih lanjutnya,” jelasnya singkat. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN