Warga Desa Adat Singakerta gotong royong mempersiapkan Ngaben Kinembulan. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Keberadaan Desa Adat di Bali memang unik. Seperti Desa Adat Singakerta, Ubud, Gianyar. Desa Adat Singakerta punya awig-awig ngaben kinembulan atau ngaben massal dengan sistem gotong royong.

Pemilik sawa dibantu oleh warga lainnya yang tidak
memiliki sawa, sehingga pemilik sawa diringankan
bebannya. Bendesa Adat Singakerta, Anak Agung
Raka Sukawati mengatakan, sesuai awig-awig Desa Adat Singakerta, ngaben kinembulan atau ngaben massal dilakukan setiap lima tahun sekali atau belum lima tahun tetapi di kuburan Desa Singakerta sudah isi lebih dari 100 sawa.

Kali ini di Setra Desa Adat Singakerta sudah dikubur
atau terisi 146 sawa. “Sesuai awig-awig Desa Adat
Singakerta, ngaben kinembulan digelar setiap lima tahun sekali. Namun kali ini di setra adat sudah terkubur 146 jenazah,” ucapnya.

Baca juga:  Desa Sidan Terus Kembangkan Desa Wisata

Dikatakan, puncak ngaben kinembulan akan dilangsungkan pada Sabtu 20 Agustus 2022. Namun persiapan dan pekerjaan sarana prasarana ngaben ini sudah mulai. Semuakm kegiatan dan persiapan dilaksanakan di masing-masing banjar dan menjelang ngaben kinembulan saranap prasarana dikumpulkan dalam satu tempat petak dekat Pura Dalem Desa Singakerta.

Di Desa Adat Singakerta ada enam Banjar Adat yakni Banjar Adat Katik Lantang, Banjar Adat Lobong, Banjar Adat Dauh Labak, Banjar Adat Tengah, Banjar Adat Dangin Labak dan Banjar Adat Jukut Paku. Dikatakan, dalam ngaben kinembulan kali ini ada 146 sawa yakni Banjar Adat Katik Lantang ada 24 sawa, Banjar Adat Lobong 10 sawa, Banjar Dauh Labak 22 sawa, Banjar Adat Tengah 10 sawa, Banjar Adat Dangin Labak 47 sawa dan Banjar Adat Jukut Paku sebanyak 33 sawa.

Baca juga:  Pura Negara Gambur Anglayang, Simbol Kerukunan Umat Beragama

Lanjut bendesa, dalam ngaben ini warga Desa Adat
Singakerta melakukan gotong royong baik dari segi
pekerjaan maupun materi dan barang. Dalam ngaben kinembulan, pemilik sawa mengeluarkan dana Rp15 juta per sawa. Sementara warga yang tidak punya sawa wajib membantu gotong royong, juga menyetor peson-peson patus berupa beras dan benda lainnya serta uang tunai Rp150 ribu.

Meskipun di Desa Adat Singakerta ada catur kasta
yakni Brahmana, Ksatria, Wesia dan Sudra, namun
dalam ngaben kinembulan ini tidak menggunakan bade namun sebatas lembu, singa, Gajah Mina dan lainnya. Ngaben kinembulan dipuput Ida Pedanda Siwa dan Budha.

Baca juga:  Desa Adat Laplap Beri “Reward” Warga Kumpulkan Sampah Plastik

Karya Pitra Yadnya akan dilanjutkan tahap berikutnya
yakni ngasti pada Jumat 26 Agustus 2022. Dilanjutkan dengan nyegara gunung lanjut ngalinggihang pada Sabtu 27 Agustus 2022 mendatang. (kmb/balipost)

BAGIKAN