AMLAPURA, BALIPOST.com – Tujuh ekor sapi di Karangasem terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Temuan PMK ini segera ditindaklanjuti dengan pembentukan Satgas Daerah Penanggulangan PMK sesuai dengan surat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait penanganan wabah PMK. Demikian dikemukakan Kabid Pengendalian dan Penanggulangan Bencana (PPB), Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan, Putu Gede Suata Berata, seizin PLT Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem, Ida Bagus Suastika, Minggu (3/7).
Dia menjelaskan, pascahasil uji lab dan gejala yang muncul, UPTD Puskeswan Karangasem dan Pos Puskeswan sudah melaksanakan monitoring ke pasar hewan. Pengawasan terhadap peternak-peternak sapi serta melakukan penyemprotan di masing-masing lokasi terdekat adanya kasus PMK tersebut juga sudah dilakukan. “Penyemprotan cairan disinfektan yang kita lakukan, agar kandang-kandang milik peternak bersih sehingga dapat mencegah penyebaran PMK tersebut,” katanya.
Terpisah, Kepala UPTD Puskeswan Kabupaten Karangasem, Drh. Pande Gede Arya Saputra, membenarkan ada sejumlah ternak sapi milik warga yang dinyatakan positif terjangkit PMK. “Sejauh ini ada tujuh ekor sapi yang positif PMK. Empat ekor di Rendang, dan tiga ekor di Kecamatan Karangasem,” rincinya.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan petugas di lapangan, empat ternak sapi yang positif PMK di Kecamatan Rendang dibeli dari pengepul di Pasar Bebandem. Pembelian sekitar 1 minggu yang lalu.
Sedangkan, untuk tiga sapi wilayah Segara Katon, Subagan, berawal dari informasi ada sapi sakit sebanyak 15 ekor. Setelah diambil sampelnya, ada tiga sapi yang dinyatakan positif terkena PMK tersebut.
“Ternak-ternak yang terkena PMK itu, memiliki sejumlah gejala, yakni kehilangan nafsu makan hingga mulut keluar buih atau busa serta melepuh pada bagian kuku kakinya,” sebut Suata. (Eka Parananda/balipost)