DENPASAR, BALIPOST.com – Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah mendominasi kasus yang ada di Indonesia. Hal ini diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin (4/7), dalam keterangan virtual usai rapat evaluasi PPKM dipimpin Presiden Joko Widodo.
Ia mengatakan sebanyak 81 persen kasus COVID-19 di Indonesia adalah subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. “Saya jelaskan bahwa 81 persen dari semua kasus di Indonesia sudah BA.4 dan BA.5, jadi bukan hanya di Jakarta saja. Jakarta sudah 100 persen BA.4 dan BA.5,” terangnya dipantau dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Menkes mengatakan Indonesia masih terkendali kasusnya. “Pesannya sama, seperti ke masyarakat tetap kebijakan maskernya saat di dalam ruangan dipakai, kalau di luar boleh dibuka asal ketika di kerumunan atau sedang sakit dipakai. Cepat (vaksinasi) booster, Insya Allah itu respons yang cukup untuk menghadapi Idul Adha dengan normal karena sama seperti Idul Fitri, Alhamulillah, bisa kita lewati dengan normal,” kata Budi.
Ia menyebutkan bahwa Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara lain, baik di kawasan Eropa, Amerika maupun negara Asia lainnya dalam menghadapi gelombang COVID-19 varian Omicron subvarian BA4 dan BA5. “Indonesia relatif jauh lebih baik. Dengan populasi yang sangat banyak menghadapi gelombang BA4 dan BA5 ini, relatif para masyarakat Indonesia itu lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dan dalam melaksanakan vaksinasi,” kata Menkes.
Ia juga menjelaskan kenaikan kasus COVID-19 dengan varian Omicron subvarian BA4 dan BA5 terjadi di hampir seluruh dunia, baik Eropa, Amerika maupun Asia. Berdasarkan hasil diskusi dengan epidemiolog, kenaikan jumlah kasus tersebut dipengaruhi kekurangwaspadaan dan kebijakan yang terlalu terburu-buru dalam mengendurkan protokol kesehatan maupun cakupan vaksinasi.
Di sisi lain, Indonesia masih menerapkan penggunaan masker di dalam ruangan, saat berkerumun dan ketika kondisi badan sedang tidak sehat. Meski begitu, Pemerintah masih membolehkan masyarakat untuk melepas masker di ruangan terbuka.
Pemerintah Indonesia juga masih menggencarkan vaksinasi dosis penguat atau “booster” yang dinilai terbukti meningkatkan kadar antibodi pada tubuh. Ia menambahkan bahwa saat ini, Indonesia sedang menuju puncak kasus COVID-19 dengan varian Omicron subvarian BA4 dan BA5.
Hal itu berdasarkan kecenderungan kasus-kasus di luar negeri yang mencapai puncak kasus dalam kurun waktu 30-40 hari sejak kasus pertama ditemukan. “Indonesia ini sudah sekitar 30 hari, jadi kita mungkin masih ada waktu satu sampai dua minggu ke depan. Kalau kita bandingkan negara-negara lain, seharusnya puncaknya sudah tercapai,” kata Menkes. (Diah Dewi/balipost)