Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Menteri PUPR RI, Basuki Hadimuljono dalam acara Nasional Stakeholders Forum - First Announcement of 10th WWF 2024 di Gedung Auditorium, Kementrian PUPR, Jakarta, Jumat (8/9) lalu. (BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR RI), Basuki Hadimuljono menceritakan terpilihnya Pulau Bali sebagai tuan rumah World Water Forum (WWF) ke-10 pada tahun 2024 salah satunya berkat paparan Gubernur Bali, Wayan Koster. Paparan itu membuat 4 orang Tim Seleksi dari internasional terkesan.

Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri PUPR RI, Basuki Hadimuljono dihadapan Gubernur Koster dan Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo dalam acara Nasional Stakeholders Forum – First Announcement of 10th WWF 2024 di Gedung Auditorium, Kementrian PUPR, Jakarta, Jumat (8/9) lalu.

Dalam sambutannya, Menteri Basuki mengatakan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah WWF ke-10 merupakan kebanggaan bersama. Karena Indonesia menjadi tuan pertama di Asia Tenggara dan yang mendapatkan kehormatan adalah Bali. WWF ini, kata Menteri PUPR telah diselenggarakan sejak Tahun 1997 yang mulainya pertama kali di Maroko dengan 400 peserta. Di Daegu, Jepang ada 40 ribu peserta, di Brasillia 110 ribu peserta, dan sekarang di Indonesia ditargetkan ada 100 ribu peserta yang akan menghadiri WWF ini.

“Mudah – mudahan Bali menjadi magnet untuk orang datang, bahkan waktu itu saya sampaikan datang ke Bali jangan egois, sebaiknya bawa family, kalau cuman ikut sidang-sidangnya saja ngak bawa family pasti akan menyesal. Jadi mudah-mudahan Bali menjadi magnet untuk mendatangkan peserta. Apalagi waktu dipilih voting itu mereka nyatakan Bali, Bali, Bali yang dipilih,” ujar Basuki Hadimuljono.

Keyakinan Indonesia menjadi tuan rumah WWF dengan terpilihnya Bali semakin menguat, setelah Menteri PUPR menerangkan ada 4 orang tim seleksi yang datang ke Bali dan diterima langsung oleh Gubernur Koster. Hasilnya, tim seleksi ini sangat terkesan dengan paparan Gubernur Bali. Sehingga rekomendasi Bali menjadi tuan rumah keluar. “Sekali lagi terimakasih kepada Bapak Gubernur (Wayan Koster, red) yang telah hadir ke Jakarta, ini tidak hanya menunjukan komitmen beliau, tapi memang ini untuk rakyat Bali dari segi tourism-nya,” ungkap sembari menjelaskan tujuan diadakannya National Stakeholder Forum – First Announcement of 10th WWF 2024 untuk sosialisasi dan juga menyiapkan pembentukan National Organizing Committee.

Baca juga:  Desa Adat Tamanbali Pilah Sampah dari Rumah

Gubernur Koster dalam pidatonya menyampaikan terimakasih kepada Menteri PUPR RI, Basuki Hadimuljono karena telah diundang dalam acara National Stakeholder Forum – First Announcement of 10th WWF 2024. Pertemuan ini sangat penting, karena acara WWF nanti memiliki semangat yang sama dengan kearifan lokal di Bali. Gubernur Koster, menceritakan sebelum Bali menjadi tuan rumah WWF, pada awalnya Menteri PUPR memberikan arahan kepadanya bahwa Bali akan dinominasikan sebagai tuan rumah WWF dan memerlukan rekomendasi Gubernur Bali untuk persiapan pelaksanaannya.

“Atas arahan tersebutlah, aya langsung menyatakan siap dan kemudian memaparkan nilai – nilai kearifan lokal Bali di dalam memuliakan sumber daya air pada visi Pembangunan Bali, yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali dihadapan tim verifikasi sebanyak 4 orang yang sangat kompeten,” ujar Gubernur Koster.

Dihadapan Peserta Nasional Stakeholders Forum – First Announcement of 10th WWF 2024, Gubernur Koster berpidato bahwa kearifan lokal di Bali dinamakan Sad Kerthi, yaitu enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagaiaan umat manusia. Meliputi, Atma Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Atman/Jiwa; Segara Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Pantai dan Laut; Danu Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Sumber Air; Wana Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Tumbuh-tumbuhan; Jana Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Manusia; dan Jagat Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Alam Semesta.

Baca juga:  Gubernur Koster: Budaya Adalah Hulu Perekonomian Bali, Pelaku Ekonomi Wajib Turut Menjaga

Orang nomor satu di Pemprov Bali ini menjelaskan bahwa nilai – nilai Sad Kerthi adalah tata cara kehidupan yang diwariskan oleh leluhur di Bali sejak berabad – abad dahulu kala yang menjadi cara hidup masyarakat Bali. Sehingga orang Bali itu memang betul – betul diberikan pengetahuan tentang cara hidup tidak boleh menebang pohon sembarangan, tidak boleh mengotori air, apalagi mematikan sumber air, tidak boleh mengotori danau, sungai dan laut.

Itulah sebabnya dalam kebijakan pembangunan Bali, mantan Peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Depdikbud Republik Indonesia ini sekarang lebih mengedepankan nilai – nilai kearifan lokal untuk dijadikan suatu kebijakan yang kongkrit di dalam menjaga ekosistem alam Dewata dengan memberlakukan beberapa peraturan. Diantaranya, Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai; Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 tentang Sistem Pertanian Organik; Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih; Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber; dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.

“Semua kebijakan ini tujuannya supaya alam Bali bersih dan tidak boleh ada yang mengotori sumber mata air, danau, sungai dan laut. Bahkan hotel, restaurant, pasar swalayan tidak ada lagi yang pakai tas kresek, sedotan plastik, styrofoam, dan akan Saya perluas tidak ada lagi yang boleh menggunakan minuman kemasan dari plastik,” tegas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini yang disambut tepuk tangan.

Dalam konteks pemuliaan terhadap sumber daya air, Gubernur Bali jebolan ITB menjelaskan Pulau Dewata secara niskala memuliakan air dengan cara upakara. Dimana air disucikan sebagai Tirta dengan tujuan untuk penyucian diri. Dalam organisasi Subak, air juga disucikan dengan menghaturkan Upakara Danu Kerthi dan di Kalender Bali setiap 6 bulan sekali masyarakat Bali diajak merayakan Hari Tumpek Uye atau Tumpek Wariga dengan tujuan untuk menyucikan sumber daya air sebagai sumber penghidupan.

Baca juga:  Fast Boat di Pelabuhan Padangbai Belum Beroperasi

Kemudian secara sekala, Pulau Bali memanfaatkan Subak untuk memanfaatkan irigasi air secara tekelola agar dirasakan manfaatnya oleh petani secara berkeadilan. Keseriusan Bali mengkampanyekan sumber daya air sebagai sumber penghidupan juga dilaksanakan oleh Gubernur Koster melalui ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022 dengan mengambil tema “Danu Kerthi Huluning Amreta yang mengangkat cerita tentang bagaimana awal kehidupan sampai munculnya air di alam ini melalui tampilan kesenian Bali.

Mengakhiri pidatonya, mantan Anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini menegaskan terpilihnya Bali sebagai tuan rumah WWF sangatlah tepat. Selain memiliki misi yang sama dengan Pemerintah Provinsi Bali di dalam memuliakan sumber daya air melalui kearifan lokal untuk menata kembali alam, manusia, dan kebudayaan Bali menjadi Bali Era Baru. Pulau Dewata juga dari sisi teknis, fasilitas pertemuan bertaraf internasional hingga pengalamannya, Bali sudah sangat siap mensukseskan WWF tersebut.

“Pada tahun ini saja dalam masa masih pandemi, Bali telah sukses mengadakan pertemuan internasional berupa Konvensi Minamata tentang Merkuri Tahun 2022, Inter-Parliament Union (IPU) ke-144, Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) Tahun 2022, dan yang akan datang ada Presidensi G20. Untuk itulah Bali siap mendukung,” pungkas Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN