Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menyampaikan pendapatnya saat acara High Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity yang merupakan rangkaian “side event” pada pertemuan ke-3 FMCBG G20 di BNDCC, Badung, Bali, Jumat (15/7/2022). (BP/Antara)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada rangkaian acara G20 di Bali, Jumat (15/7), menyindir aksi Rusia yang masih memblokade Laut Hitam. Yellen, dikutip dari Kantor Berita Antara, menyebut aksi blokade itu merupakan cara Rusia menggunakan sumber pangan sebagai alat perang.

Blokade Rusia menghambat distribusi biji-bijian (grains) Ukraina, di antaranya gandum dan jagung, yang menjadi salah satu sumber pangan dunia. Dampaknya, Yellen menjelaskan banyak kelompok masyarakat miskin di negara-negara kurang mampu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit.

“Banyak keluarga yang telah berhemat untuk membeli makanan, terpaksa kembali mengurangi jatah makanannya. Negara-negara berpendapatan rendah, yang saat ini mengalami kesulitan fiskal, ditambah kesulitan mengimpor bahan-bahan pangan, dan pupuk, dan menyediakan jaring pengamanan sosial untuk rakyatnya,” kata Yellen pada sesi seminar tingkat tinggi (high level seminar) tentang ancaman krisis pangan (food insecurity).

Baca juga:  Optimalisasi Transformasi Ekonomi Digital Dunia, DEWG G20 Bahas 3 Isu Prioritas

Oleh karena itu, Yellen mengajak negara-negara anggota G20 untuk membuat langkah konkret demi mencegah dan mengendalikan ancaman krisis. “G20 harus bekerja sama melewati tantangan ini, dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan dari ancaman kelaparan hari ini atau pada masa mendatang,” kata Menkeu AS.

Demi mencapai tujuan itu, Yellen mengusulkan tiga hal, di antaranya menyusun kebijakan yang mampu merespon krisis, termasuk di antaranya terkait kebijakan fiskal, memperkuat kerja sama multilateral terkait ketahanan pangan dan arsitektur pertanian dunia, terakhir, meningkatkan koordinasi, pertukaran informasi, pendanaan, penelitian dan pengembangan.

Baca juga:  Januari 2018, All New Terios akan Hadir di Bali

“Negara-negara G20 harus menjadi contoh bagi negara lain untuk tidak membuat kebijakan yang kontraproduktif, contohnya pembatasan ekspor dan penimbunan barang, karena dampaknya dapat mengganggu pasar dan memicu kenaikan harga barang,” kata Menkeu AS.

Dia menambahkan negara-negara G20 juga harus memanfaatkan teknologi digital dalam rencana fiskalnya sehingga anggaran yang dialokasikan untuk membantu kelompok rentan tersalurkan dengan tepat.

Ia menilai penyaluran bantuan tepat sasaran lebih efektif daripada kebijakan subsidi menyeluruh (blanket subsidies).

Baca juga:  AS Kembalikan Tiga Objek Cagar Budaya Indonesia

Terakhir, Janet Yellen juga meminta negara-negara G20 untuk mengalokasikan anggarannya untuk membiayai bantuan dan program terkait antisipasi dan pengendalian ancaman krisis pangan.

“Kami bulan lalu telah mengalokasikan 2,76 miliar dolar AS untuk mencegah food insecurity, sebelumnya kami juga mengalokasikan 2,8 miliar dolar AS setelah agresi Rusia di Ukraina,” kata Menkeu AS. (kmb/balipost)

BAGIKAN