DENPASAR, BALIPOST.com – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah segera berubah menjadi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Wacana perubahan nama sudah dilakukan tahun 2007. Saat itu sempat muncul dua nama. Yakni
AA Made Djelantik dan I Goesti Ngoerah Gede Ngoerah.
Menkes Fadilah Supari menolak usulan perubahan nama tersebut. Namun, pada tahun ini penggantian nama RSUP Sanglah, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, sudah memperoleh persetujuan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. “Gubernur Bali mengusulkan ke Kemenkes agar nama RSUP Sanglah diubah menjadi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan disetujui Menteri Kesehatan,” ucap I Nyoman Gede Anom beberapa waktu lalu.
Diungkapkan Anom, usulan perubahan nama tersebut didasarkan Surat Gubernur Bali Nomor 440/1964/Yankes. Diskes tanggal 11 Februari 2020 dan surat DPRD Provinsi Bali nomor: 593/605/DPRD tanggal 20 Januari 2020 yang mengusulkan untuk mengganti nama RSUP Sanglah menjadi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah.
Begitu, pergantian nama ini disetujui, muncul pro kontra di masyarakat. Yang kontra menilai nama RSUP Sanglah sudah menjadi ikon Bali dan tidak perlu diubah. Sedangkan yang pro menganggap perubahan nama ini bisa dilakukan untuk mengenang jasa-jasa Prof. Ngoerah.
Untuk diketahui, Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah sendiri adalah seorang dokter pertama yang merintis Bagian Kebidanan dan merupakan cikal bakal berdirinya RSUP Sanglah. Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah merupakan dokter spesialis pertama dan Spesialis Syaraf pertama di Pulau Dewata Bali.
Selain itu, I.G.N.G Ngoerah juga dokter Kepresidenan era Presiden Soekarno di Bali. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Rektor Universitas Udayana.
Putra Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana, yang merupakan Ketua Komisi III DPRD Bali, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menghargai jasa dan pengabdian Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah sebagai pelopor pendiri RSUP Sanglah. RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 30 Desember 1959 dengan kapasitas 150 tempat tidur.
Dalam sebuah penelusuran sejarah berdirinya RS Sanglah muncul nama dr. Muhammad Angsar Kartakusuma. Seorang penulis di sintesanews.com bernama Roger Paulus Silalahi, menyebut dr. Angsar menjadi direktur pertama RS Sanglah.
Kiprah yang dimulai dengan duduk minum teh sambil berbincang menemani Presiden Soekarno. Hubungan yang erat dengan Presiden Soekarno ini membuka peluang bagi dr. Angsar menceritakan kebutuhan masyarakat Bali akan adanya rumah sakit tambahan, karena masa itu hanya ada RSAD Sudirman dan RS Wangaya.
Saat itu, selain sebagai Tim Dokter Kepresidenan dan dokter tentara di RSAD, dr. Angsar juga menjabat sebagai Kepala RS Wangaya (1 Juli 1951 sampai 12 Maret 1959). Tidak ada dokter yang lebih dekat dengan Presiden Soekarno saat itu, maka ketika Presiden Soekarno memerintahkan dibangunnya RS Sanglah, jelas sudah siapa pemrakarsanya.
Pembangunan berjalan 3 tahun lamanya, belum ada alat berat, segala komunikasi dan koordinasi masih serba sulit, sampai akhirnya Rumah Sakit Sanglah selesai dibangun pada 1959. Kenyataan bahwa dr. Angsar mundur dari posisi sebagai Kepala Rumah Sakit Wangaya pada 12 Maret 1959, dan peresmian Rumah Sakit Sanglah pada 30 Desember 1959 menunjukkan jeda waktu yang cukup untuk persiapan pembukaan dan peresmian Rumah Sakit Sanglah, mengingat pengalamannya sebagai Kepala Rumah sakit, keahlian, dan kepiawaian yang dimiliki dr. Angsar selain sebagai dokter.
Akhirnya Rumah Sakit Sanglah rampung dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 30 Desember 1959, dengan dr. Muhammad Angsar Kartakusuma sebagai Kepala Rumah Sakit Sanglah yang pertama. Kapasitas tampung 150 tempat tidur, sementara RS lain hanya memiliki kapasitas sekitar 30 tempat tidur. Rumah Sakit Sanglah berdiri tegak sampai sekarang dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. (Winata/kmb/balipost)