Peta guncangan gempa bumi di wilayah Enggano, Bengkulu, pada Senin (26/2/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Gempa di Bengkulu berkekuatan magnitudo (M) 5,5, Rabu pagi (20/7), dipicu subduksi lempeng di Zona Megathrust. Demikian dijelaskan Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono.

Dikatakan, episenter gempa Bengkulu M5,5 tersebut terletak pada koordinat 4,33° LS – 101,95° BT tepatnya di laut pada jarak 64 Km arah Barat Daya Kota Bengkulu dengan kedalaman 56 km. “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Bengkulu magnitudo 5,5 pagi tadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng dimana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Pulau Sumatra di Zona Megathrust,” katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, dikutip dari Kantor Berita Antara, Rabu (20/7).

Baca juga:  Wabup Suiasa Hadiri Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ke-28

Ia mengatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa itu memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan bukti gempa terjadi di Zona Megathrust.

Gempa Bengkulu magnitudo 5,5 itu dirasakan sangat kuat di Bengkulu Kota dalam Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) IV – V MMI hingga warga lari berhamburan keluar rumah.

Sementara itu di Kepahiang, Bengkulu Utara guncangan juga masih kuat dalam skala intensitas III – IV MMI, dan di Mukomuko, Krui dalam skala intensitas III MMI, serta di Muara Dua, Lubuk Linggau dalam intensitas II MMI. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa Bengkulu ini tidak berpotensi tsunami.

Baca juga:  Gempa di Yogyakarta Bukan "Megathrust"

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. “Hingga pukul 07.25 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa telah terjadi 1 kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo M3,7 pasca gempa Bengkulu M5,5,” katanya.

BMKG mencatat gempa besar di Bengkulu terjadi pada 4 Juni 2000 dengan Magnitudp 7,9 menewaskan 94 orang. Selanjutnya gempa dahsyat terjadi pada 12 September 2007 dengan Magnitudo 8,5 memicu tsunami dan menewaskan 23 orang.

Baca juga:  Pembangunan Mal Pelayanan Publik Tunggu Hibah Tanah

“Bengkulu merupakan daerah rawan gempa dan tsunami, sehingga upaya mitigasi gempa dan tsunami secara kongkret wajib diwujudkan untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi lagi di masa yang akan datang,” demikian Daryono. (kmb/balipost)

BAGIKAN