DENPASAR, BALIPOST.com – Subvarian baru Covid-19, yang sudah ditemukan di Indonesia, yakni BA.2.75, sebelumnya sudah beredar di India dan masuk ke 15 negara lain. Dari keterangan yang disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) Kasus subvarian tersebut terdeteksi satu kasus di Bali dari kedatangan luar negeri.
Terkait masuknya varian baru ini, ahli virologi dan biologi molekuler, Universitas Udayana (Unud), Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan, temuan ini tidak perlu dibesar-besarkan, agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat. Dari hasil pantauannya, virus ini tidak terbukti mengakibatkan lonjakan tingkat hunian di Rumah Sakit (RS), dan tidak mengakibatkan lonjakan angka kematian.
Meski kata dia, memang daya tular dari varian ini cukup tinggi. Ia menegaskan, saat ini dengan capaian vaksinasi yang cukup tinggi di Bali, masih sangat efektif untuk mencegah penyebaran subvarian ini.
Apalagi hampir sebagian besar masyarakat sebelumnya telah terpapar varian Omicron. Tentu mereka yang pernah terpapar, dan telah dinyatakan sembuh, masih memiliki daya tahan tubuh untuk melawan varian ini.
“Saya sudah analisa datanya. Varian ini mirip sekali dengan Omicron, yang lebih mudah menular, dan sebagainya. Tapi, yang jelas, vaksin masih efektif. Orang yang telah terinfeksi saat gelombang Omicron, mestinya lebih kuat. Saya tidak melihat apakah ada peningkatan jumlah orang yang masuk rumah sakit. Rasanya ini tidak perlu dibuat panik,” kata Prof. Mahardika saat dikonfirmasi, Rabu (20/7).
Ketika ditanya apakah perlu dilakukan pengetatan bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), dia mengatakan hal itu tidak perlu dilakukan. PPLN, lanjut dia, selama ini prosedur telah diterapkan di Indonesia, memang tidak 100 persen kedap virus. Sehingga menurutnya, tetap saja ketentuan PPLN dijalankan, guna mencegah peluang orang membawa virus dengan protokol kesehatan yang diterapkan. “Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di sejumlah negara lainnya,” ucapnya.
Dia kembali mengingatkan, agar masyarakat selalu menerapkan protokol kesehatan, terutama penggunaan masker. “Dalam situasi seperti sekarang ini, kita harus cerdas menanggapi, mengingat virus masih ada di sekitar kita. Kita berisiko tertular dan menularkan kepada orang lain. Untuk itu, kita harus cerdas, apabila kita memasuki daerah yang berisiko, sebaiknya prokes tetap jalan,” tambahnya. (Yudi Karnaedi/balipost)