JAKARTA, BALIPOST.com – Bisnis biodiesel memiliki prospek cerah seiring meningkatnya kebutuhan. Terlebih, terdapat program mandatori biodiesel untuk mendukung target bauran energi Indonesia sebesar 23 persen pada 2025.
“Program mandatori biodiesel yang saat ini mencapai B30 yang telah dijalankan mampu menciptakan instrumen pasar domestik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pasar ekspor,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu, dikutip dari Kantor Berita Antara.
Cerahnya prospek bisnis biodiesel ini diakui Temmy Iskandar, Direktur Keuangan PT JAR Tbk, Jumat (22/7) dikutip dari keterangan tertulisnya. PT Jhonlin Agro Raya Tbk yang sedang dalam proses IPO di BEI dengan kode emiten JARR dijelaskannya berhasil mengantongi kontrak dengan Pertamina untuk menyediakan kuota 305.000 kiloliter (KL) FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dalam setahun.
Saat ini pabrik biodiesel milik JARR yang berkapasitas 1.500 TPD. FAME hasil dari pabrik biodiesel milik JARR merupakan bahan bakar nabati jenis biodisel untuk pencampuran bahan bakar minyak jenis solar.
“Produk FAME hasil pabrik biodiesel JARR penjualannya sudah pasti diserap oleh Pertamina karena kita telah memiliki kontrak kuota sebesar 305.000KL setahun dengan Pertamina untuk menyuplai Pertamina Baubau Wayame,” kata Temmy.
Menurut Temmy, Pabrik Biodiesel 1.500 TPD milik JARR berlokasi di Batulicin, Kecamatan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, dibangun sejak 2019 dan mulai beroperasi September 2021. Pabrik ini diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 21 Oktober 2021.
Kesinambungan produksi Pabrik Biodiesel terjamin karena PT JAR Tbk juga memiliki lahan perkebunan sawit seluas 17.020,26 Ha yang menghasilkan tandan buah segar. Pengapalan perdana produk Fame hasil pabrik biodiesel JARR bahkan telah dilakukan pada September 2021 dengan mengirim 4.999,311 KL ke Pertamina Wayame. Bahkan jumlah total FAME yang sudah terkirim dari September 2021 hingga Desember 2021 mencapai 49.655,880 KL.
Besaran jumlah FAME tersebut telah sesuai dengan penetapan alokasi yang diterima oleh PT JAR Tbk berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI No.105.K/EK.05/DJE/2021 tanggal 18 Agustus 2021. Tak hanya itu, prospek cerah bisnis PT JAR Tbk tergambar berdasarkan Keputusan Menteri ESDM RI No. 150.K/ EK.05/DJE/2021 tanggal 30 November 2021, yang menetapkan PT JAR Tbk merupakan salah satu dari 21 perusahaan yang memperoleh penetapan alokasi volume sebanyak 302.998 KL (2,95%) dari total 10.151.118 KL dalam rangka pengadaan bahan bakar nabati jenis biodisel untuk pencampuran bahan bakar minyak jenis solar periode Januari sampai dengan Desember 2022.
Perlu diketahui, JARR telah melakukan penawaran umum perdana (initial public offering-IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Masa penawaran awal 12 Juli hingga 15 Juli 2022 dengan penjamin pelaksana emisi efek PT Investindo Nusantara Sekuritas.
JARR menawarkan 1.222.950.000 saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham atau mewakili 15,29% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah penawaran umum perdana. “Keseluruhan saham tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran berkisar Rp250-Rp300. Nilai penawaran umum perdana saham sebanyak-banyak Rp366,88 miliar,” jelasnya. (kmb/balipost)