MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Cemagi, Mengwi akan mengemas Tari Baris Kelemat menjadi ikon. Tarian yang kerap dipentaskan saat piodalan di Pura Nelayan yang berada di pesisir Pantai Seseh ini merupakan wujud syukur atas rezeki yang diberikan.
Bendesa Adat Cemagi, Ketut Karpiana mengatakan, Tari Baris Kelemat merupakan tarian yang ucapan rasa syukur kepada semesta khususnya penguasa lautan atas rejeki yang berlimpah. “Tari ini dibawakan oleh para nelayan yang notabena adalah masyarakat kami,” katanya.
Namun seiring berkurangnya masyarakat yang menekuni profesi sebagai nelayan, tarian ini mulai jarang dipertunjukan. Sehingga pihaknya berinisiatif mengangkat kesenian ini sebagai ikon Desa Cemagi. “Dulu tarian ini dibawakan oleh semua nelayan, kalau sekarang mulai berkurang,” ujarnya.
Dikatakan, Tari Baris Kelemat adalah tarian sakral. Istilah kelemat adalah perlengkapan nelayan yang berbentuk dayung berujung dua.
Tarian yang diduga berasal dari abad XVII ini adalah sarana upacara Dewa Yajna serta ditarikan oleh nelayan. “Penari laki-laki dewasa ini, dengan mengenakan busana adat ke pura, menari dengan membawa kelemat,” ungkapnya.
Para penari, kata Karpiana bergerak mengikuti irama Gambelan Gong Kebyar. Pementasan tari baris ini biasanya dilaksanakan pada saat Puranama Sasih Kapat, yaitu Piodalan di Pura Nelayan yang berada di pesisir Pantai Seseh, Desa Cemagi. “Ke depannya, kami akan melakukan program untuk menggali lebih dalam tentang tarian ini seperti pakem-pakem tarian dari beberapa narasumber, yaitu tetua nelayan yang ada di Cemagi, agar tarian ini dapat dilestarikan, karena tarian ini adalah Tarian Maskot Desa Cemagi dan hanya ada di Desa Cemagi,” terangnya. (Parwata/balipost)