Pengunjung menaiki boat untuk menelusuri wisata mangrove di Desa Adat Kedonganan. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Berwisata sambil konservasi, masih jarang ditemui saat ini. Namun di kawasan ekowisata mangrove, Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, kini sudah bisa berwisata edukasi dengan menyusuri mangrove sambil ikut menjaga lingkungan dengan menanam mangrove.

Menurut Bandesa Adat Kedonganan, Dr. I Wayan Mertha, S.E., M.Si., di kawasan ini, pengunjung dapat menikmati kegiatan wisata dengan memanfaatkan keragaman hutan mangrove sebagai daya tarik utama dan kelestariannya. Yang mana, sebelumnya, memang disiapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama para nelayan yang ada di pantai timur Kedonganan.

“Konsepnya ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan. Seperti eco mangrove tour atau sightseeing, yang mana, para wisatawan atau pengunjung diperkenalkan pada kegiatan untuk menelusuri mangrove yang total luas yaitu adalah 22 hektar yang ada di Desa Adat Kedonganan,” kata Mertha, belum lama ini.

Hutan ini kata dia, sebetulnya adalah bagian dari Tahura Ngurah Rai. Selain itu, ada juga kegiatan lain yang dilakukan salah satunya adalah penanaman mangrove. “Karena konsep dari eco mangrove ini sebetulnya mengadopsi kegiatan wisata ekologi atau ecotourism. Jadi ada beberapa prinsip di sana, yang pertama adalah konservasi dan yang kedua ada edukasi, dan yang ketiga adalah manfaat bagi masyarakat lokal,” ucapnya.

Baca juga:  Seniman Berkontribusi Bumikan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali

Namun, saat ini kata dia, ada sejumlah kendala dalam pengembangan eco mangrove ini. Di antaranya, akses di dalam kawasan yang masih belum ada. Untuk itu, pihaknya berencana untuk membuat jalan inspeksi dari bambu menuju lokasi pos pemantauan, untuk mempermudah menjangkau lokasi Perahu. Pasalnya, selama ini, kondisi pasang surut air, yang tidak bisa diprediksi. “Kami berencana akan membuat jalan inspeksi menuju lokasi pos pantau, untuk mempermudah akses pengunjung menuju perahu sebelum melakukan eco mangrove tour,” katanya.

Baca juga:  Desa Adat Sedang Miliki Tarian Sakral Penolak Bala

Untuk saat ini lanjut dia, pengembangan eco mangrove, baru bisa dilakukan bertahap. Yang pertama baru bisa dilakukan adalah aktivitas yang terkait dengan konservasi atau kegiatan menjaga kebersihan mangrove. Pelestarian mangrove ini menurutnya justru menjadi daya tarik utama dari kegiatan wisata eco mangrove. “Kami punya program tadinya setiap seminggu dua kali membersihkan mangrove ini dari sampah, terutama sampah plastik. Bahkan pada awal-awalnya itu sampai 4 ton sampah plastik berhasil kita bersihkan dari areal mangrove,” bebernya.

Saat ini lanjut dia, juga sedang dilakukan penambahan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tak hanya itu, sebagai upaya edukasi pada siswa, saat ini sedang dirancang wisata pendidikan eco mangrove melalui kerja sama dengan pimpinan SD maupun SMP dan SMA, yang ada di Kedonganan.

Baca juga:  Desa Adat Negara Bangun "Ancak Saji"

Terkait Bali menjadi lokasi tuan rumah KTT G20, tentu kegiatan Wisata Mangrove ini bisa menjadi alternatif kunjungan bagi delegasi. Mengingat salah satu isu yang diangkat dalam G20 itu adalah, terkait dengan pelestarian hutan. Bahkan kata Mertha, Presiden Joko Widodo sangat konsen pada upaya konservasi mangrove. Pihaknya mengaku sangat siap apabila memang ada delegasi yang ingin berkunjung ke eco mangrove Kedonganan. Tentunya pihaknya juga sudah mulai mempersiapkan seperti apa informasi yang dibutuhkan terkait dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat di Kedonganan.

“Kami kebetulan dari awal punya aktivitas konservasi mangrove. Jadi ada dua, pertama adalah membersihkan dan yang kedua adalah menanam mangrove. Kami sangat siap apabila memang nantinya ada ketertarikan dari para delegasi untuk melihat masyarakat lokal melakukan aktivitas konservasi terhadap hutan mangrove,” ucapnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN