Para petani saat menyemprotkan pestisida untuk mengatasi hama. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pertanian Bali sangat tergantung kepada pariwisata. Buktinya, saat pariwisata anjlok, pertanian Bali tumbuh negatif.

Ketika pariwisata Bali mulai jalan, pertumbuhan sektor pertanian mulai positif. Namun indeks nilai tukar petani (NTP) masih belum pulih seperti sebelum pandemi melanda.

Kepala BPS Bali, Hanif Yahya, belum lama ini menerangkan, NTP sejak Januari 2020, tidak pernah mencapai indeks 100, hanya berkisar 90-an. Sedangkan pada 2019 dan tahun-tahun sebelumnya, NTP selalu di atas 100. Hal ini menandakan bahwa indeks yang dibayar atau dikeluarkan petani untuk usaha pertanian dan konsumsi rumah tangganya, lebih besar daripada indeks yang diterima.

Baca juga:  NTP Jadi Bahasan di Debat Pilkada, Ini Perbandingan Bali dengan Nasional

Dikatakan pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari kondisi produksi padi. Disebutkan peningkatan produksi padi sebesar 81,43 persen secara qtq. Secara yoy, produksi pada triwulan II 2022 juga tercatat meningkat pada kisaran 22,24 persen dibandingkan triwulan II 2021.

Sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif sejak triwulan II 2020 yaitu -2,11 persen kemudian triwulan III 2020 tumbuh -1,72 persen, triwulan IV 2020 tumbuh -0,28 persen. Pada 2021 triwulan I, sektor ini kembali tumbuh negatif -0,18 persen, triwulan II tumbuh positif 0,48 persen, triwulan III tumbuh -0,30 persen, triwulan IV tumbuh 1 persen dan triwulan I 2022 kembali tumbuh -2,84 persen. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Seberapa Sejahtera Petani di Bali?
BAGIKAN