Krama Pengreregan berlatih seni tabuh. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Pengreregan, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan memiliki potensi pertanian perkebunan yang luar biasa. Bahkan hampir sebagian besar warga desa adat setempat merupakan petani. Potensi pertanian yang dimiliki seperti kopi, cengkeh, kakao dan lainnya. Hal ini menjadi atensi khusus desa adat pengreregan karena menjadi potensi pariwisata yang kini mulai dilirik wisatawan. Desa adat setempat pun merancang agro wisata untuk mengajak wisatawan langsung ke kebun dan berinteraksi dengan petani langsung dan menikmati hasil pertanin seperti kelapa muda dan lainnya.

Bendesa Adat Pengreregan, I Gede Arsana mengatakan, untuk konsep wisata agro saat ini sudah mulai ada perkembangan. Bekerja sama dengan desa dinas, juga telah membuka akses jalan agrowisata dengan pemandangan alam pinggiran sungai atau tukad balian yang sangat indah. Termasuk juga sudah ada investor yang rencananya akan membangun akomodasi pariwisata seperti hotel, hanya saja memang masih terkendala perizinan. Meski demikian, ia mengakui desa setempat baik itu dari adat maupun dinas terus semangat melakukan penataan untuk mewujudkan impian menjadikan desa wisata agro dengan segala potensi alam yang dimiliki.

Baca juga:  Akhirnya, Pedagang Bermobil di Lapangan Alit Saputra Kembali Direlokasi

Terkait dengan desa wisata, sebenarnya sudah dicanangkan sejak tahun 2005, tetapi lantaran keterbatasan faktor pendukung baik dari sisi SDM yang masih kurang sehingga perlu ada sentuhan dari dinas atau instansi terkait. Dan terkait dengan perkembangan sektor industri di tengah sektor pariwisata nantinya, lanjut kata Gede Arsana ini untuk menggaet para generasi muda mau kembali ikut ‘ngayah’ membangun desa. Mengingat selama ini, seluruh generasi muda yang ada lebih banyak melirik bekerja di perkotaan. “Kalau ini dibiarkan tentu kami akan kesulitan tenaga kerja untuk ‘ngayah’ di rumah karena semua lari ke kota. Selaku bendesa adat saya mencoba melirik sektor industri dengan harapan dalam kurun waktu 2 sampai 3 tahun bisa dikembangkan, apalagi sudah ada MOU dan izin-izin yang wajib dikantongi,” ucapnya.

Baca juga:  Bebaskan Sampah di Destinasi Wisata Halal Lombok 

Desa Adat Pengreregan memiliki tiga banjar adat yakni Pengreregan Kaja, Pengregegan Kelod dan Pengreregan Tengah, dengan jumlah krama adat sebanyak 174 KK dan sebagian besar bergerak di sektor pertanian perkebunan seperti kakao, kelapa dan cengkeh. Dengan potensi yang dimiliki tersebut, serta berada di pinggiran Tukad Balian yang cukup dikenal oleh wisatawan asing, konsep yang dirancang adalah pengembangan sektor wisata agro yang juga sebagai penunjang keberadaan desa wisata. Nantinya selain bisa menikmati objek wisata yang sudah ada, para wisatawan juga bisa dimanjakan dengan wisata agro di desa adat setempat, begitupun dengan wisata kuliner, maupun wisata industri. “Kami sudah siapkan pirantinya dengan pararem desa adat dan sudah ada beberapa lahan yang sudah dibeli oleh beberapa investor yang bergerak dibidang perindustrian, namun karena ada wabah Covid jadi sempat ada hambatan,” terangnya. (Puspawati/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Anturan Komitmen Lestarikan Tari Gambuh
BAGIKAN