Agus Maha Usadha. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan histori ekonomi Bali, sejak 2017 ekonomi Bali bertubi-tubi dihantam musibah. Mulai dari Gunung Agung meletus, gempa Lombok, dan 2020 kembali dihantam pandemi COVID-19. Hal ini membuat pengusaha di Bali kewalahan. Akibatnya cashflow belum dalam posisi cukup untuk membayar kewajiban bayar utang di bank. Wakil Ketua Umum Bidang Pariwisata dan Investasi, Kadin Bali, Agus Maha Usadha, mengatakan hal itu, Selasa (23/8).

Dalam rangka menyelamatkan ekonomi Bali ini harus melihat struktur pondasi investasi pengusaha Bali terutama pariwisata. Investasi orang Bali saat ini belum dalam posisi menikmati atau mencapai return of investment (ROI). “Karena cost selama 2,5 tahun menghadapi pandemi tidak mudah yaitu untuk maintenance karyawan, aset, perbankan,” ujarnya.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Hari Ini, Hampir 85 Persennya Ada di 4 Kabupaten/Kota

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan restrukturisasi kredit sebanyak 2 kali cukup membantu namun pengusaha Bali tetap memiliki kewajiban lain. Kewajiban tersebut dipenuhi dengan bridging fund atau pinjaman kredit kembali atau mencari cash dari menjual aset.

Pariwisata Bali yang mulai tumbuh sejak Mei, sejak dibukanya border internasional, pendapatan atau positif cashflow belum di tangan pengusaha daerah karena sebagian besar progress revenue yang terjadi di Bali dinikmati pemain internasional. Demikian juga di restoran, sebagian dari ribuan usaha restoran itu, yang mengambil porsi merupakan pemain yang itu-itu saja. “Artinya pengusaha daerah masih banyak yang belum mencukupi, mempunyai positif cashflow,” ujarnya.

Baca juga:  2021, PIP Salurkan Pembiayaan UMi Sebesar Rp 18,07 Triliun

Sampai hari ini untuk menjaga bisnis itu, kata dia, belum berasal dari positif cashflow. Apalagi tekanan inflasi yang diprediksi terjadi 2023, datangnya lebih awal yaitu triwulan II 2022.

“Perlu disadari dari semua pihak terkait, baik regulator, perbankan, untuk menjaga kelangsungan pengusaha Bali karena pariwisata Bali adalah window display-nya pariwisata Indonesia apalagi Bali mendapatkan beberapa award internasional sebagai destinasi nomor satu, sudah sepantasnya ada perhatian khusus dan solusi khusus untuk mencarikan jalan keluar,” ujarnya.

Baca juga:  Korupsi Terminal Manuver Gilimanuk, Mantan Kadis Divonis Satu Tahun

Selain itu Bali juga memberikan kontribusi ekonomi sehingga perlu kebijakan strategis seperti penanganan masalah ekonomi lainnya baik tambang, minyak, ketahanan pangan sehingga value Bali bagi Indonesia dan dunia bisa terjaga. “Bila diperlukan ini harus menjadi atensi presiden juga,” imbuhnya.

Untuk mempercepat proses solusi pemulihan ekonomi Bali, dimulai dari membantu cashflow pengusaha Bali dengam pemberian modal kerja terhadap pengusaha pariwisata di Bali yang memang sepenuhnya kemampuan revenuenya itu dari pariwisata. ”Yang diperlukan adalah dukungan bagi pengusaha di Bali yang sepenuhnya penghasilan berasal dari pariwisata,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN