Aparat mengamati aktivitas nelayan di Ujung Pesisi, Karangasem. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Pemerintah bakal menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite serta Solar. Rencana kenaikan itu menuai keluhan dari para nelayan.

Nelayan menilai dengan naiknya harga BBM ini, biaya operasional yang dikeluarkan makin membengkak sehingga dapat merugikan. Nelayan di Ujung Pesisi, Kecamatan Karangasem, Nurfiah, mengungkapkan, adanya rencana pemerintah bakal menaikkan harga pertalite akan menyulitkan masyarakat, terutama nelayan.

Sebab, kebijakan ini akan berpengaruh ke biaya operasional setiap turun melaut. Mengingat sebagian besar nelayan memakai pertalite. “Dulu, saat stok pertalite langka, nelayan kebanyakan memakai pertamax. Sekarang hampir smua nelayan pakai pertalite. Kadang beli eceran di pedagang, atau SPBU,” ungkapnya.

Baca juga:  Ombak Tinggi Hantam Perahu Siswanto Hingga Terbalik

Menurut, Nurfiah, untuk melaut pihaknya butuh 20 liter. Jika harga pertalitenya naik hingga 10 ribu lebih per liter, otomatis nelayan mengeluarkaan uang 200 ribu. Belum termasuk makan dan minum.

“Kalau seandainya dikalkukasi keseluruhan, kemungkinn habis 250 ribu sekali turun. Ini sangat membebani nalayan. Iya kalau dapat ikan. Seandainya tidak dapat hasil tangkapan, otomatis merugi,” katanya.

Nelayan lain, Herawati, menjelaskan, saat ini para nelayan kesulitan mendapat tangkapan karena memasuki musim paceklik. Bahkan, beberapa hari yang lalu turun melaut sekitar perairan Karangasem, memakai pertalite sekitar 10 liter hanya mendapat tangkapan sekitar 10.

Baca juga:  "All New Xenia" Diluncurkan di Bali, Hadirkan Platform Berbasis DGNA

“Harga ikan per ekornya sekitar 4 ribu. Tak sebanding dengan pengeluaran. Apalagi bila benar BBM naik, jelas bila hasil tangkapan tak sebanding dengan pengeluaran maka akan merugi,” katanya.

Dia menjelaskan, seandainya BBM nantinya naik, kemungkinan nelayan tak rutin turun melaut. Kemungkinan mereka akan melaut memasuki panen saja. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN