DENPASAR, BALIPOST.com – Program sistem pertanian terintegrasi (simantri) yang dicetuskan Pemerintah Provinsi Bali di era Gubernur Mangku Pastika cukup banyak tersebar di Bali. Di Denpasar, kelompok yang mengembangkan program tersebut tidak terlalu banyak bahkan makin minim.
Kendalanya, akibat lahan untuk ternak sapi cukup sedikit. Bahkan, hingga kini jumlahnya terus merosot, hingga tersisa dua kelompok.
Hal ini terungkap dalam rapat kerja Komisi III DPRD Denpasar dengan Dinas Pertanian, Senin (29/8). Rapat kerja yang dipimpin Ketua Komisi III Eko Supriadi ini sempat mengemuka pertanyaan tentang keberadaan simantri di Denpasar.
Anggota Komisi III DPRD Kota Denpasar, A.A. Gede Mahendra dalam rapat tersebut mempertanyakan kelanjutan dari Simantri saat ini termasuk keaktifannya. “Berapa jumlah simantri hingga kini di Denpasar?” tanya politisi Golkar ini.
Terkait hal tersebut, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Denpasar, I Made Ngurah Sugiri mengatakan Simantri di Denpasar tak bisa berkembang. Beberapa sudah tidak aktif dan yang aktif pun hanya jalan di tempat.
Saat ini di Denpasar hanya aktif dua Simantri yakni Simantri di Padangsambian Kaja dan di Kelurahan Kesiman. Tidak berkembangnya Simantri di Denpasar dikarenakan beberapa faktor. Mulai dari alih fungsi lahan yang semakin masif di Kota Denpasar dan kesulitan pakan hijau.
“Bahkan meskipun dua Simantri tersebut masih aktif, namun jalan di tempat karena faktor tersebut,” katanya.
Ia mencontohkan Simantri yang ada di Kesiman Denpasar. Selain kesulitan pakan, sebagian lahannya juga dimanfaatkan untuk TPS3R.
Di sisi lain, Ketua Simantri 090 Gapoktan Sedana Sari Banjar Gunung Sari, Dusun Batukandik, Padangsambian Kaja Denpasar, Nyoman Merta mengatakan saat ini di kelompoknya terdapat sebanyak 18 ekor sapi. Sedangkan untuk anggota kelompok ini sebanyak 22 orang. (Asmara Putera/balipost)