Salah satu nelayan Kusamba yang mengeluhkan rencana kenaikan harga BBM. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi menuai banyak protes dari berbagai kalangan masyarakat. Protes juga datang dari kalangan nelayan di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan.

Sebab, selama ini mereka saat melaut menggunakan BBM bersubsidi jenis Pertalite. Jika harga naik lagi, nelayan setempat mulai waswas, karena harganya kian sulit terjangkau.

Salah satu nelayan setempat, Nengah Rigug saat ditemui Rabu (31/8) mengaku sekali melaut bisa menghabiskan minyak seharga Rp 60 ribu, dengan harga pertalite saat ini Rp 7.650 per liter. Dalam waktu seminggu dia hanya bisa melaut lima kali dengan catatan jika cuaca lebih bersahabat.

Baca juga:  Karena Ini, Ratusan Guru Kontrak di Klungkung Belum Terima Gaji

Jika dalam cuaca buruk seperti sekarang, nelayan kadang melaut kadang tidak, menyesuaikan dengan kondisi gelombang. Sebab, nelayan tradisional dengan kapasitas mesin 15 PK, rentan terhadap cuaca buruk.

“Sebagai nelayan kecil terus terang saya keberatan, soalnya tangkapan tidak setiap hari dapat. Jika dihitung lima kali seminggu bisa habis minimal Rp 300 ribu. Pakai jaring habis Rp 60 ribu. Makanya minimal sekali melaut itu harus dapat Rp 100 ribu, biar hasilnya bisa juga dipakai beli beras. Kalau sekarang itu, belakangan hasil tangkapan kosong,” katanya.

Baca juga:  Jika Harga BBM Subsidi Naik, Ekonomi Bali akan Makin Parah

Protes serupa juga disampaikan nelayan lainnya, Nengah Sregig. Dalam sekali berangkat, dia bisa menghabiskan bahan bakar hingga 15 liter. Artinya, sekali melaut bisa habis biaya Rp 150 ribu.

Sementara tangkapan ikan tidak bisa diprediksi karena nelayan kerap menanggung kerugian. Jarang sekali sampan nelayan sekarang pulang dipenuhi ikan, karena sangat dipengaruhi faktor cuaca.

Bagi nelayan jika benar BBM dinaikkan, mereka berharap ada subsidi khusus. Sehingga mereka bisa tetap menyambung hidup dan tetap melaut. Ini juga untuk menjaga agar harga ikan agar tidak menjadi terlalu mahal. (Bagiarta/balipost)

Baca juga:  Dukung Program Nawa Cita, 424.863 Unit Rumah Terbangun
BAGIKAN