GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Antugan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar secara bertahap melakukan pembangunan, merehab, renovasi sejumlah palinggih pura khususnya Pura Kahyangan Tiga di desa adat setempat. Sebelumnya pihak desa adat sudah merampungkan renovasi, rehab dan pembangunan palinggih Pura Dalem Desa Adat Antugan.
Kini prajuru Desa Adat Antugan merenovasi, memperbaiki dan membangun sejumlah palinggih, membangun tembok panyengker dan membangun candi bentar di Pura Puseh, Desa Adat Antugan. Bila renovasi, rehab pembangunan sudah rampung, kegiatan yang sama akan dilanjutkan ke Pura Desa Antugan.
Bendesa Adat Antugan, Ngakan Made Sukarsana mengatakan, sebelumnya pihak desa adat memperbaiki dan renovasi sejumlah palinggih di Pura
Dalem Desa Antugan. Kini sejumlah palinggih di sana sudah rampung.
Sehingga renovasi dan pembangunan beralih ke
Pura Puseh seperti menggeser bangunan bale piasan peselang digeser beberapa meter ke arah barat. Bale
peselang posisi awal dibongkar karena menghalangi keluar masuk masuk bagian candi pura.
Pembangunan bale peselang dianggarkan Rp100 juta. Bangunan kedua yang digeser yakni piasan pengaruman yang awalnya berdiri di bagian tengah kemudian dipindahkan kearah paling barat. Pembangunan bale pengaruman dianggarkan Rp150 juta.
Ini menggeser bangunan bale penyucian. Sementara bale penyucian digeser ke sebelah selatan dengan ukuran lebih kecil. Pembangunan bale penyucian dianggarkan Rp15 juta.
Pangempon pura berjumlah 155 KK ini juga membuat
tembok panyengker dan candi bentar yang ada di sisi timur pura. Tembok panyengker sebelah timur itu bangunan lama dibangun dari batako dan batu padas (paras) dengan panjang sekitar 30 meter juga
dibongkar dan diganti dengan batu merah dengan anggaran Rp75 juta.
Demikian juga candi bentar paling selatan yang sebelumnya dibuat dari cetakan beton, kini juga dibongkar dan dibangun baru dan dianggarkan
Rp50 juta. Bendesa Adat Antugan menambahkan sumber dana pembangunan sejumlah palinggih,
tembok panyengker dan candi bentar menggunakan dana cadangan masyarakat yang nilainya ratusan juta rupiah.
Dikatakan dana cadangan milik Desa Adat Antugan hingga kini sudah mencapai Rp700 juta. Dana ini dikelola oleh LPD Desa Adat Antugan. Dana cadangan masyarakat ini boleh dipinjam oleh masyarakat untuk kegiatan adat seperti untuk kegiatan ngaben, atma wedana, untuk pernikahan dan bagi peminjam dikenakan bunga satu persen.
Ngakan Made Sukarsana menambahkan di Pura Puseh juga disimpan patung-patung peninggalan purbakala yang konon ada saat jaman Kebo Iwa. Sedikitnya lima peninggalan purbakala yang kini disimpan rapi di pura ini. Bahkan pihak Purbakala Kabupaten Gianyar sudah melakukan survei dan pendataan terhadap peninggalan purbakala tersebut.
Patung peninggalan purbakala ini dinamakan Sedahan Doho yang terdapat empat patung. Juga ada peninggalan purbakala Sedahan Atma dan Sedahan Undagi. “Terhadap peninggalan purbakala ini, pihak Purbakala Kabupaten Gianyar sudah melakukan survei dan pendataan,” kata Ngakan Made Sukarsana. (kmb/balipost)