DENPASAR, BALIPOST.com – Pascapenangkapan terduga teroris, FSI (30) di Lumajang, Jawa Timur, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror terus melakukan pendalaman. Salah satunya melakukan penggeledahan di kamar kos FSI yang berlokasi di Jalan Satelit, Denpasar Barat pada Rabu (7/9).
Informasi yang dihimpun, dalam penggeledahan disaksikan orangtua FSI, yakni ayahnya, Bs (65) dan Ibunya, SJ (59). Sang ibu mengatakan tidak menyangka kalau anak itu terlibat terorisme.
Sejak kecil hingga menikah, anaknya itu disebut tidak pernah dilihat ikut aliran keras. SJ mengaku kaget mendengar kabar dari menantunya, DYA jika FSI ditangkap terkait terorisme.
SJ menjelaskan kalau anaknya itu kerja di perusahaan alat berat. Sebelum berangkat ke Lumajang, FSI sempat kerja di Bima mengerjakan proyek irigasi, air minum, dan embung.
Selanjutnya FSI dipercaya oleh perusahaannya kerja di Lumajang. Setelah lulus di salah satu perguruan tinggi di wilayah Badung, Program Studi Teknik Sipil, FSI terlibat pengerjaan proyek 2 ribu unit rumah. “Sebelum ke Lumajang, sekitar enam bulan lalu dia sempat seminggu di Bali. Saat berangkat ke Lumajang, dia mengajak istri dan anaknya,” ujarnya.
Sebelumnya, tim Densus 88 dikabarkan menangkap seorang terduga teroris berinisial FSI di Desa Sumbermujur, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (6/9). Dikutip dari Kantor Berita Antara, Kepala Kepolisian Resor Lumajang Ajun Komisaris Besar Polisi Dewa Putu Eka Darmawan enggan menyampaikan secara detail operasi penangkapan terduga teroris yang dilakukan Tim Densus 88 di sebuah rumah yang berada di Desa Sumbermujur, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Dari kartu identitasnya, FSI ternyata beralamat di Denpasar. Namun sejak 5 bulan lalu sudah berada di Lumajang menjadi relawan pembangunan rumah warga terdampak erupsi Gunung Semeru. (Kerta Negara/balipost)