Ni Putu Ridha Octaviani, SST. (BP/Istimewa)

Oleh Ni Putu Ridha Octaviani, SST.

Sektor Pertanian selalu menjadi salah satu sektor dengan distribusi terbesar terhadap perekonomian di Provinsi Bali. Sepanjang tahun 2021, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar ke dua terhadap perekonomian Bali.

Kontribusi sektor ini berkisar antara 15-16 persen setiap triwulannya pada tahun 2021. Sementara itu, pada triwulan 1 tahun 2022, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 14,94 persen terhadap total PDRB Provinsi Bali triwulan 1 tahun 2022.

Tidak hanya menyumbang besar terhadap perekonomian, sektor pertanian juga sangat membantu dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2021, penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sekitar 21,90 persen.

Sektor pertanian menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan 16 sektor lainnya. Melihat kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja, apakah bekerja di sektor pertanian atau menjadi petani akan sejahtera?

Mari menilik Nilai Tukar Petani untuk menjawab pertanyaan ini. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan dengan menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Rata-rata NTP Provinsi Bali pada tahun 2021 tercatat sebesar 92,84, lebih rendah dari rata-rata NTP tahun
2020 yang mencapai 94,27.

Baca juga:  Cuaca Tak Bersahabat, Produksi Garam Terhenti

NTP Tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 1,52 persen dibanding NTP tahun 2020. Kondisi NTP Provinsi Bali hingga akhir triwulan ketiga yahun 2021 berada di bawah kondisi NTP tahun 2020 pada bulan yang sama.

Angka NTP Provinsi Bali tahun 2021 mulai meningkat
berada diatas kondisi tahun 2020 pada awal triwulan keempat. Lebih rendahnya kenaikan indeks yang diterima petani dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani pada tahun 2021 menjadi penyebab rendahnya NTP.

Lalu bagaimana kondisi NTP pada tahun 2022? Kondisi NTP Provinsi Bali hingga triwulan kedua tahun 2022 berada di atas NTP tahun 2021. Triwulan I tahun 2022 NTP cenderung stabil pada kisaran angka 94, namun pada triwulan II terjadi penurunan angka NTP hingga Bulan Mei pada kisaran angka 93, namun masih berada diatas angka NTP pada bulan yang sama di tahun 2021.

Baca juga:  "Manastapah" Bukan Ungkapan Sakit Jiwa

Angka NTP baru meningkat kembali pada bulan Juni 2022 pada angka 95,73 dan peningkatan angka NTP ini berlanjut hingga bulan Juli 2022. NTP Provinsi Bali pada Juli 2022 sebesar 96,05 atau naik 0,33 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya.

Sayangnya, fenomena peningkatan NTP ini seringkali terjadi karena adanya keterbatasan stok sehingga harga komoditas pertanian menjadi lebih mahal. Temuan lain yang perlu lebih diperhatikan adalah menurunnya NTP subsektor tanaman pangan selama lima bulan terakhir.

Angka NTP pada Juli 2022 bahkan turun hingga mencapai angka 86,96. Penurunan angka NTP subsektor tanaman pangan disebabkan menurunnya indeks yang diterima petani, di sisi lain indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan.

Dengan kata lain, biaya yang dibutuhkan petani jauh lebih besar dibandingkan biaya yang dihasilkan petani. Kondisi ini didukung dengan rata-rata pendapatan bersih pekerja sektor pertanian yang berusaha sendiri lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri dan jasa.

Baca juga:  Begini Keluhan Petani Sayur di Masa Pandemi Covid-19

Pada Februari 2022, rata-rata pendapatan bersih petani hanya sebesar 974,3 ribu rupiah perbulan Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan rata-rata pendapatan bersih pekerja yang berusaha sendiri untuk semua sektor di Provinsi Bali sebesar 1,259
juta rupiah per bulan.

Jika kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan di masa depan semakin sedikit penduduk yang berminat bekerja sebagai petani. Keterbatasan penguasaan lahan pertanian ini masih dapat ditunjang dengan peningkatan produktivitas untuk dapat memenuhi target produksi.

Namun, peningkatan produktivitas memerlukan SDM
yang kompeten untuk adaptasi teknologi dan pengetahuan. Sementara kondisi pada tahun 2018, petani yang berpendidikan SMA ke atas di Provinsi Bali hanya sekitar 32,94 persen.

Kombinasi dominansi petani berusia tua, pendidikan rendah dan penguasaan lahan pertanian yang rendah ke depannya dapat berdampak besar pada pemenuhan pangan di Provinsi Bali.

Penulis, Fungsional Statistisi di Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

BAGIKAN