Makepung Lampit - Makepung Lampit yang digelar di Peh, Kaliakah. Bupati Tamba mengharapkan agar warisan budaya ini dijaga. (BP/Ist)

NEGARA, BALIPOST.com – Makepung sebagai salah satu warisan budaya leluhur kabupaten Jembrana harus dijaga kelestariannya. Hal tersebut disampaikan Bupati Jembrana I Nengah Tamba saat menghadiri Lomba Makepung Lampit yang diselenggarakan Sanggar Tari Bali Satya, Minggu (11/9) di Sirkuit Makepung Lampit Subak Tegalwani Pangkung Jajung Cibunguran, Desa Kaliakah, Negara.

Menariknya, Wakil Bupati IGN Patriana Krisna juga ikut berpartisipasi sebagai joki menjajal sirkuit sepanjang 50 meter tersebut. Selain orang dewasa, ajang mekepung diatas lumpur ini juga diikuti anak – anak hingga wanita sebagai generasi penerus yang sukses menyedot ribuan penonton yang hadir.

Ditemui usai menyaksikan perlombaan makepung lampit, Bupati asal desa Kaliakah ini menjelaskan, adanya makepung lampit ini juga untuk memperkenalkan budaya Jembrana di kancah Internasional. “Kalau makepung darat itu kan sudah diakui memang, nah ini sekarang makepung lampit di sawah juga harus dilestarikan,” ungkapnya.

Baca juga:  Hari Pertama Kerja Bupati Tamba, Rapatkan OPD, Implementasikan “Nangun Sat Kerthi Loka Jembrana”

Bupati Tamba menambahkan, kegiatan Makepung ini adalah bagian dari atraksi Budaya yang ada di Kabupaten Jembrana. “Tentu, kita sudah mengetahui makepung yang ada di darat, atau makepung di tanah, hari ini dilaksanakan yang di tanah basah (makepung lampit), ini merupakan bagian dari warisan budaya leluhur kita, agar selalu dijaga, jangan sampai hilang,” ujarnya.

Sementara salah satu panitia makepung lampit Nengah Bandi Astawa saat ditemui mengatakan, pelaksanaan makepung lampit diikuti sebanyak 30 orang peserta.”Diantaranya 10 peserta di Grup A, 10 peserta di Grub B, dan 10 peserta di grup C. Selain peserta yang sudah berpengalaman, hari ini kita juga lombakan para generasi penerus dalam makepung ini, jadi astungkara tetap ada yang melanjutkan,” paparnya.

Baca juga:  Bupati Tamba Tanam Perdana Bibit Jagung Hibrida di Subak Yehembang

Mengenai aturan perlombaan, lanjut Astawa, nantinya dalam lintasan sepanjang kurang lebih 50 meter ini ada tiga bendera berjejer di sepanjang lintasan dengan jarak bendera pertama 10 meter, bendera ke dua 20 meter dan bendera ke tiga 20 meter. “Bendera pertama itu untuk start, bendera kedua itu untuk batas joki makepung duduk diatas lampit, sementara bendera ketiga untuk finish,” jelasnya.

Peraturannya itu, lanjut Astawa, para peserta lomba akan di arahkan menuju start dengan berjalan untuk memahami jalur lintasannya, kemudian dilepas start harus berdiri sebelum sampai di batas bendera kedua. “Jalurnya juga tidak boleh berubah, para peserta harus bisa mengendalikan kerbau mereka agar berlari lurus kedepan dan dapat menjaga keseimbangan. Jika kerbau melenceng dari jalur itu di diskualifikasi, sama dengan ketika kerbau finish tanpa joki,” tandasnya. (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Arak Bali Peroleh Hak Paten
BAGIKAN